Tuesday, March 26, 2013
Kesehatan
Proses Terjadinya Cacat Kusta
Kusta merupakan masalah kesehatan masyarakat karena cacatnya. Cacat kusta terjadi akibat gangguan fungsi saraf pada mata, tangan atau kaki. Sayangnya, orang-orang yang cacat akibat kusta “dicap” seumur hidup sebagai “penderita kusta” walaupun sudah sembuh dari penyakit.
Proses Terjadinya Cacat Kusta
Fungsi saraf ada 3 macam:
- Fungsi motorik memberikan kekiatan pada otot
- Fungsi sensonk memberi rasa raba
- Fungsi otonom mengurus kelenjar keringat dan kelenjar minyak
Terjadinya cacat tergantung dari fungsi saraf, serta saraf mana yang rusak.
Kecacatan pada kusta dapat terjadi lewat 2 proses :
1. Infiltrasi langsung M. leprae ke susunan saraf tepi dan organ (misalnya mata).
2. Melalui reaksi kusta.
Kecacatan yang terjadi tergantung pada komponen saraf yang terkena. Apakah sensoris, motoris, otonom, maupun kombinasi antara ketiganya.
Tingkat Cacat Menurut WHO
Untuk menilai kualitas penanganan pencegahan cacat yang dilakukan oleh petugas, maka semua pasien kusta dinilai tingkat cacatnya sesuai dengan petunjuk WHO.
Kualitas penemuan penderita juga dapat dinilai dengan melihat proporsi tingkat cacat 2 di antara penderita baru.
- Ini suatu sistem untuk mengukur cacat akibat kerusakan saraf, sebagai resiko penyakit kusta. Cacat yang terjadi bukan akibat kusta, tidak dihitung.
- Mata diperiksa apakah kelopak mata sulit menutup,
- Tangan diperiksa apakah ada lunglai, mati rasa pada telapak, luka atau ulkus akibat mati rasa, pemendekan jari atau kelemahan otot.
- Kaki diperiksa apakah ada lunglai (semper), mati rasa pada telapak kaki, luka, atau pemendekan jari.
Tabel
II.10.
Kerusakan
saraf akan mengakibatkan cacat pada tempat tertentu
motorik
|
sensorik
|
otonom
|
|
Fascialis
|
Kelopak mata tidak bisa menutup
|
|
|
Ulnaris
|
Jari tangan ke 4 dan ke 5
lemah/lumpuh/kiting
|
Mati rasa telapak tangan bagian
jari ke 4 dan 5
|
Kekeringan dan kulit retak akibat
kerusakan kelenjar keringat, minyak dan aliran darah
|
Medianus
|
Ibu jari, jari ke2,dan ke 3
lemah/lumpuh/kiting
|
Mati rasa telapak tangan bagian
ibu jari, jari ke 2 dan 3
|
Kekeringan dan kulit retak akibat
kerusakan kelenjar keringat, minyak dan aliran darah
|
Radialis
|
Tangan lunglai
|
|
Kekeringan dan kulit retak akibat
kerusakan kelenjar keringat, minyak dan aliran darah
|
Peroneus
|
Kaki semper
|
|
Kekeringan dan kulit retak akibat
kerusakan kelenjar keringat, minyak dan aliran darah
|
Tibialis posterior
|
Jari kaki kiting
|
Mati rasa telapak kaki
|
Kekeringan dan kulit retak akibat
kerusakan kelenjar keringat, minyak dan aliran darah
|
Tabel
II.11.
Tingkat
cacat menurut WHO
reaksi
ringan
|
reaksi
berat
|
|
0
|
Tidak ada kelainan pada mata
akibat kusta
|
Tidak ada anestesi atau cacat
akibat kusta
|
1
|
Ada kelainan mata akibat kusta
tetapi tidak kelihatan. Visus sedikit berkurang akibat kusta
|
Ada anestesi tetapi tidak ada
cacat atau kerusakan yang kelihatan akibat kusta
|
2
|
Ada lagophtalmus, visus sangat
terganggu akibat kusta
|
Ada cacat/kerusakan yang
kelihatan akibat kusta misalnya ulkus, jari kiting, kaki semper
|
-
Yang tidak termasuk hitungan ialah semua
cacat atau kelainan pada kulit saja atau yang terjadi bukan akibat penyakit
kusta, yaitu: luka biasa (pada tangan atau kaki yang tidak mati rasa), alis
mata menipis (madarosis), hidung pelana, mati rasa selain pada telapak (pada kulit
umum atau pada bercak); kiting, kelemahan otot atau kehilangan jari yang
disebabkan oleh kecelakaan.
-
Tingkat
cacat umum berarti nilai cacat yang paling tinggi di antara
mata, tangan dan kaki, dan nilai itulah yang diisi di laporan bulanan
-
Jumlah nilai diperoleh dengan
menjumlahkan semua nilai dan mata, tangan dan kakii sehingga dapat gambaran
yang lebih jelas mengenai keadaan penderita itu yang sebenarnya.
0 Response to "Proses Terjadinya Cacat Kusta"
Post a Comment