Analisa Laba Akuntansi dengan Dividen Kas



    
            Data laba akuntansi dan dividen kas untuk tahun 2002, 2003, 2004 dapat di lihat pada bab sebelumnya. Pada tahun 2002 dapat dilihat bahwa PT. Gudang Garam memperoleh laba akuntansi terbesar, sedangkan untuk nilai dividen kas PT. Uniliver memperoleh dividen kas terbesar. Jumlah laba akuntansi terkecil didapat oleh PT. Ultrajaya dan nilai dividen kas terkecil didapat oleh PT. Mustika Ratu.
            Pada tahun 2003 dapat dilihat bahwa PT. Gudang Garam memperoleh laba akuntansi terbesar, sedangkan untuk nilai dividen kas PT. H.M. Sampoerna memperoleh dividen kas terbesar. Jumlah laba akuntansi terkecil didapat oleh PT. Siantar Top dan nilai dividen kas terkecil didapat oleh PT. Delta Djakarta.
            Pada tahun 2004 dapat dilihat bahwa PT. H.M. Sampoerna memperoleh laba akuntansi dan dividen kas terbesar. Jumlah laba akuntansi dan dividen kas terkecil didapat oleh PT. Delta Djakarta

4.3        Perhitungan Laba Tunai
Laba tunai dalam penelitian ini diperoleh dari menambahkan nilai laba akuntansi dengan beban penyusutan dan amortisasi. Adapun nilai penyusutan dan amortisasi didapat dari neraca perusahan yang bersangkutan atau dari laporan arus kas yang menggunakan metode tidak langsung.
           





            Di bawah ini disajikan perhitungan laba tunai perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Rumus laba tunai = Laba akuntansi + biaya penyusutan dan amortisasi.
Tabel 4.1
Perhitungan Laba Tunai Tahun 2002
(dalam Rp)
Nama Emiten
Laba Akuntansi (a)
Penyusutan & Amortisasi (b)
Laba Tunai (c) = (a+b)
PT. Delta Djakarta
        62,596,000,000
   16,965,373,000
         61,804,373,000
PT. Ultra Jaya Milk
        23,727,000,000
   11,126,401,540
         30,032,401,540
PT. Bentoel International
      109,970,000,000
    2,287,116,010
       103,067,116,010
PT. Multi Bintang Indonesia
      123,380,000,000
    6,228,609,000
         91,278,609,000
PT. Gudang Garam
    3,006,712,000,000
   50,112,000,000
     2,137,005,000,000
PT. Merck
        54,455,000,000
       405,766,000
         37,834,766,000
PT. Unilever Indonesia
    1,384,504,000,000
    7,847,000,000
       986,096,000,000
PT. Sari Husada
      252,859,000,000
    8,899,000,000
       186,199,000,000
PT. Aqua Golden Mississipi
      969,943,000,000
   18,025,621,880
         84,135,621,880
PT. Mustika Ratu
        29,053,000,000
       214,743,540
         20,666,743,540
PT. Indofood Sukses Makmur
    1,718,084,000,000
   34,484,094,800
       837,117,094,800
PT. BAT Indonesia
      172,125,000,000
       252,000,000
       118,432,000,000
PT. H.M. Sampoerna
    2,566,802,000,000
         71,000,000
     1,671,155,000,000
PT. Dankos Laboratories
      127,848,000,000
    5,123,348,200
         98,297,348,200
PT. Mandom Indonesia
        81,760,000,000
    2,550,359,830
         85,042,418,199
           
            Pada tahun 2002 dapat dilihat bahwa PT. Gudang Garam memperoleh laba tunai terbesar, sedangkan untuk nilai laba tunai terkecil didapat oleh PT. Mustika Ratu. Tabel 4.2 di bawah ini merupakan perhitungan nilai laba tunai tahun 2003.
Tabel 4.2
Perhitungan Laba Tunai Tahun 2003
(dalam Rp)
Nama Emiten
Laba Akuntansi (a)
Penyusutan & Amortisasi (b)
Laba Tunai (c) = (a+b)
PT. Delta Djakarta
54,788,000,000
19,408,890,000
57,071,855,000
PT. Multi Bintang Indonesia
131,848,000,000
2,209,000,000
92,431,000,000
PT. Gudang Garam
3,006,712,000,000
87,029,000,000
1,925,702,000,000
PT. Merck
72,137,000,000
624,889,000
51,205,029,000
PT. Unilever Indonesia
1,819,766,000,000
597,000,000
1,297,308,000,000
PT. Sari Husada
313,243,000,000
6,463,000,000
227,080,000,000
PT. Aqua Golden Mississipi
93,328,000,000
9,958,090,150
73,204,090,150
PT. Tempo Scan Pacific
434,560,000,000
9,853,431,940
332,551,386,613
PT. Siantar TOP
45,943,000,000
3,202,166,730
34,384,454,529
PT. Indofood Sukses Makmur
1,031,135,000,000
44,599,140,500
648,080,443,347
PT. H.M. Sampoerna
2,199,497,000,000
7,148,000,000
1,413,992,000,000
PT. Dankos Laboratories
176,681,000,000
9,805,372,450
135,352,064,654
PT. Mandom Indonesia
89,850,000,000
1,810,331,750
63,662,864,010

            Pada tahun 2003 dapat dilihat bahwa PT. Gudang Garam memperoleh laba tunai terbesar, sedangkan untuk nilai laba tunai terkecil didapat oleh PT. Siantar Top.


Tabel 4.3 di bawah ini merupakan perhitungan nilai laba tunai tahun 2004.
Tabel 4.3
Perhitungan Laba Tunai Tahun 2004
(dalam Rp)
Nama Emiten
Laba Akuntansi (a)
Penyusutan & Amortisasi (b)
Laba Tunai (c) = (a+b)
PT. Delta Djakarta
          57,390,000,000
     19,306,642,000
         58,002,844,000
PT. Bentoel International Inv
          90,246,000,000
     17,777,538,760
         98,715,662,354
PT. Multi Bintang Indonesia
         128,867,000,000
       5,747,000,000
         92,044,000,000
PT. Gudang Garam
      2,570,280,000,000
     25,145,000,000
     1,815,354,000,000
PT. Merck
          82,436,000,000
       4,418,993,000
         61,657,511,000
PT. Unilever Indonesia
      2,102,323,000,000
       7,189,000,000
     1,475,634,000,000
PT. Sari Husada
         293,509,000,000
       1,513,000,000
        183,391,000,000
PT. Mandom Indonesia
         119,561,000,000
       5,250,501,180
         87,742,501,180
PT. Aqua Golden Mississipi
         133,477,000,000
       4,980,890,600
         96,562,926,531
PT. Tempo Scan Pacific
         435,763,000,000
       9,746,709,680
        334,216,501,799
PT. Indofood Sukses Makmur
         852,380,000,000
     46,184,938,148
        424,241,276,378
PT. H.M. Sampoerna
      3,059,104,000,000
     42,008,000,000
     2,033,860,000,000

Pada tahun 2004 dapat dilihat bahwa PT. H.M. Sampoerna memperoleh laba tunai terbesar, sedangkan untuk nilai laba tunai terkecil didapat oleh PT. Delta Djakarta.


4.4        Analisis Deskriptif
Uji statistik deskriptif dilakukan untuk mengidentifikasi bahwa data yang digunakan dalam penelitian adalah data normal dan homogen (Syamsul Hadi, 2004: 102). Suatu data dikatakan homogen dan normal berdasarkan nilai kurtosis dan Skewnessnya. Diharapkan hasil uji statistik secara umum dapat melegitimasi validitas dan reliabilitas variabel yang digunakan dalam uji statistik setiap hipotesis penelitian.
Hasil analisis statistik deskriptif dengan bantuan komputer program Microsoft Excel disajikan dalam lampiran 1. Adapun tabel dibawah ini hanya menampilkan nilai Kurtosis, Skewness dan standar deviasi sebagai acuan untuk mentukan normal dan homogennya suatu data serta untuk menunjukan ada tidaknya data ekstrim (Syamsul Hadi, 2004:113). Data yang sempurna adalah data yang memiliki nilai kurtosis tinggi, skewness dan standar deviasi rendah.
Tabel 4.4
Statistik Deskriptif Perusahaan Populasi
Keterangan Variabel
Nilai Kurtosis
Nilai Skewness
Standar Deviasi
Laba Akuntansi
0,906597641
1,546086205
637,196,355,566
Laba Tunai
4
2,197378851
551,274,338,796
Dividen Kas
8,084053858
2,828892771
1,001,191,320,822


Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa data penelitian ini dapat dikatakan normal dan homogen. Suatu data dapat dikatakan homogen apabila memiliki nilai kurtosis >3. Sedangkan suatu data dikatakan homogen apabila memiliki nilai skewness = 0, tetapi hal ini sangat sulit dijumpai. Sehingga apabila data memiliki nilai skewness yang kecil, maka data tersebut bisa ‘dianggap’ normal (tidak miring) (Syamsul Hadi, 2004: 111-112).
Menurut tabel 4.4 data laba akuntansi dapat dikatakan normal dan berdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari nilai kurtosis dan skewness untuk laba akuntansi sebesar 0,9065 dan nilai skewness sebesar 1,54608. Nilai kurtosis sebesar 0,9065 termasuk berdistribusi datar (platikurtis) dimana distribusi data itu menyebar. Meskipun distribusi datanya menyebar, tetapi data laba akuntansi tidak memiliki data ekstrim. Berdasarkan nilai kurtosis, nilai skewness dan standar deviasi dapat disimpulkan bahwa data untuk laba akuntansi dapat dikatakan berdistribusi normal dan tidak memiliki data ekstrim.
Nilai laba tunai dapat dikatakan normal dan homogen dengan melihat dari nilai kurtosis yang > 3, yaitu sebesar 4, nilai skewness yang kecil sebesar 2,197378851 dan nilai standar deviasi yang tidak terlalu besar yaitu sebesar 551,274,338,796. Sehingga dapat disimpulkan data laba tunai memiliki distribusi normal dan  tidak memiliki titik ekstrim. Begitupun dengan nilai dividen kas dapat dikatakan normal dan homogen dengan melihat dari nilai kurtosis yang > 3, yaitu sebesar 8,084053858, nilai skewness yang kecil sebesar 2,828892771.
4.5        Perhitungan Koefisien Korelasi Spearman
Korelasi Spearman Rank digunakan mencari keeratan hubungan atau untuk menguji signifikansi hipotesis asosiatif bila masing-masing variabel yang dihubungkan berbentuk ordinal dan sumber data antar variabel tidak harus sama (Sugiyono, 1999: 282). Perhitungan koefisien korelasi spearman dapat menggunakan software SPSS.
Menurut Young dalam Wahid Sulaiman (2003:135), ukuran korelasi adalah sebagai berikut :
·         0,70 – 1,00 (baik plus atau minus) menunjukan adanya derajat asosiasi yang tinggi.
·         0,40 - < 0,70 (baik plus atau minus) menunjukan hubungan yang substansial.
·         0,20 - < 0,40 (baik plus atau minus) menunjukan adanya korelasi yang rendah.
·         < 0,20 (baik plus atau minus) berarti dapat diabaikan.

4.5.1        Perhitungan Korelasi Tahun 2002
Berdasarkan data laba akuntansi, laba tunai dan dividen kas untuk tahun 2002 maka di dapat nilai dari Korelasi Spearman adalah sebagai berikut:



Tabel 4.5
Nilai Korelasi Spearman Tahun 2002


            Berdasarkan hasil analisa koefisien Korelasi Spearman rank antara laba akuntansi dan dividen kas tahun 2002 menunjukan nilai rs sebesar 0,829. Nilai tersebut dapat menjelaskan ada korelasi yang kuat dan searah antara laba akuntansi dengan dividen kas untuk tahun 2002. Nilai korelasi antara laba tunai dan dividen kas sebesar 0,836. Nilai ini menunjukan ada korelasi yang kuat dan searah antara laba tunai dengan dividen kas untuk tahun 2002.
            Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang memiliki hubungan korelasi paling kuat dalam menentukan nilai dividen kas adalah nilai korelasi antara laba tunai dan dividen kas. Sehingga dapat dikatakan bahwa tahun 2002 laba tunai lebih mempengaruhi besarnya dividen kas di bandingkan dengan laba akuntansi.

4.5.2        Perhitungan Korelasi Tahun 2003
Berdasarkan data laba akuntansi, laba tunai dan dividen kas untuk tahun 2003 maka di dapat nilai dari Korelasi Spearman adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6
Nilai Korelasi Spearman Tahun 2003


            Hasil analisa koefisien Korelasi Spearman rank antara laba akuntansi dan dividen kas tahun 2003 menunjukan nilai rs sebesar 0,885. Nilai tersebut dapat menjelaskan ada korelasi yang kuat dan searah antara laba akuntansi dengan dividen kas untuk tahun 2003. Nilai korelasi antara laba tunai dan dividen kas sebesar 0,857. Nilai ini menunjukan ada korelasi yang kuat dan searah antara laba tunai dengan dividen kas untuk tahun 2003.   
            Menurut penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang memiliki hubungan korelasi paling kuat dalam menentukan nilai dividen kas adalah nilai korelasi antara laba akuntansi dan dividen kas. Sehingga dapat dikatakan bahwa tahun 2003 laba akuntansi lebih mempengaruhi besarnya dividen kas di bandingkan dengan laba tunai.

4.5.3        Perhitungan Korelasi Tahun 2004
Berdasarkan data laba akuntansi, laba tunai dan dividen kas untuk tahun 2004 maka di dapat nilai dari Korelasi Spearman adalah sebagai berikut:






Tabel 4.7
Nilai Korelasi Spearman Tahun 2004


            Hasil analisa koefisien Korelasi Spearman rank antara laba akuntansi dan dividen kas tahun 2004 menunjukan nilai rs sebesar 0,874. Nilai tersebut dapat menjelaskan ada korelasi yang kuat dan searah. Dengan kata lain apabila jumlah laba akuntansi besar maka jumlah dividen kas juga besar. Nilai korelasi antara laba tunai dan dividen kas sebesar 0,853. Nilai ini dapat menunjukan adanya korelasi yang kuat dan searah antara laba tunai dengan dividen kas untuk tahun 2004.      
            Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang memiliki hubungan korelasi paling kuat dalam menentukan nilai dividen kas adalah nilai korelasi antara laba tunai dan dividen kas. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada tahun 2004 laba akuntansi lebih mempengaruhi besarnya dividen kas di bandingkan dengan laba tunai.

4.6       Uji Signifikansi
            Hasil korelasi belum bisa digunakan untuk membuktikan bahwa hubungan antara laba akuntansi dengan dividen kas maupun antara laba tunai dengan dividen kas signifikan atau tidak. Oleh karena itu dilakukan uji signifikansi antara variabel-variabel tersebut. Tabel 4.8 dibawah ini merupakan perhitungan uji signifikansi antara laba akuntansi terhadap dividen kas dan antara laba tunai terhadap dividen kas.
                                                            Tabel 4.8
Uji Signifikansi Tahun 2002
Variabel
ρ-value
Keterangan
H0
Laba akuntansi terhadap dividen kas
0,000
α/2
Ditolak
Laba tunai terhadap dividen kas
0,000
α/2
Ditolak
            Berdasarkan tabel 4.8 di dapat tingkat signifikansi antara laba akuntansi dan laba tunai terhadap dividen kas sebesar (=0,000) < (α/2), sehingga dapat di simpulkan bahwa Ho ditolak dan menerima Ha yang artinya terdapat hubungan yang signifikan dengan menggunakan taraf nyata 0,01 antara laba akuntansi dengan dividen kas dan antara laba tunai dengan dividen kas pada tahun 2002.
            Tabel 4.9 dibawah ini merupakan perhitungan uji signifikansi antara laba akuntansi terhadap dividen kas dan antara laba tunai terhadap dividen kas.
Tabel 4.9
Uji Signifikansi Tahun 2003
Variabel
ρ-value
Keterangan
H0
Laba akuntansi terhadap dividen kas
0,000
α/2
Ditolak
Laba tunai terhadap dividen kas
0,000
α/2
Ditolak
            Berdasarkan tabel 4.9 di dapat tingkat signifikansi antara laba akuntansi dan laba tunai terhadap dividen kas sebesar (=0,000) < (α/2), sehingga dapat di simpulkan bahwa Ho ditolak dan menerima Ha yang artinya terdapat hubungan yang signifikan dengan menggunakan taraf nyata 0,01 antara laba akuntansi dengan dividen kas dan antara laba tunai dengan dividen kas pada tahun 2003. Tabel 4.10 dibawah ini merupakan perhitungan uji signifikansi antara laba akuntansi terhadap dividen kas dan laba tunai terhadap dividen kas
Tabel 4.10
Uji Signifikansi Tahun 2004
Variabel
ρ-value
Keterangan
H0
Laba akuntansi terhadap dividen kas
0,000
α/2
Ditolak
Laba tunai terhadap dividen kas
0,000
α/2
Ditolak
            Berdasarkan tabel 4.10 di dapat tingkat signifikansi antara laba akuntansi dan laba tunai terhadap dividen kas sebesar (=0,000) < (α/2), sehingga dapat di simpulkan bahwa Ho ditolak dan menerima Ha yang artinya terdapat hubungan yang signifikan dengan taraf nyata 0,01 antara laba akuntansi dengan dividen kas dan antara laba tunai dengan dividen kas pada tahun 2004.



















0 Response to " Analisa Laba Akuntansi dengan Dividen Kas"

Post a Comment