Wednesday, February 20, 2013
Dividen Kas
Analisa Laba Akuntansi dengan Dividen Kas
Data
laba akuntansi dan dividen kas untuk tahun 2002, 2003, 2004 dapat di lihat pada
bab sebelumnya. Pada tahun 2002 dapat dilihat bahwa PT. Gudang Garam memperoleh
laba akuntansi terbesar, sedangkan untuk nilai dividen kas PT. Uniliver
memperoleh dividen kas terbesar. Jumlah laba akuntansi terkecil didapat oleh
PT. Ultrajaya dan nilai dividen kas terkecil didapat oleh PT. Mustika Ratu.
Pada tahun 2003 dapat dilihat bahwa
PT. Gudang Garam memperoleh laba akuntansi terbesar, sedangkan untuk nilai
dividen kas PT. H.M. Sampoerna memperoleh dividen kas terbesar. Jumlah laba
akuntansi terkecil didapat oleh PT. Siantar Top dan nilai dividen kas terkecil
didapat oleh PT. Delta Djakarta.
Pada tahun 2004 dapat dilihat bahwa
PT. H.M. Sampoerna memperoleh laba akuntansi dan dividen kas terbesar. Jumlah
laba akuntansi dan dividen kas terkecil didapat oleh PT. Delta Djakarta
4.3
Perhitungan
Laba Tunai
Laba tunai dalam penelitian ini diperoleh dari menambahkan
nilai laba akuntansi dengan beban penyusutan dan amortisasi. Adapun nilai
penyusutan dan amortisasi didapat dari neraca perusahan yang bersangkutan atau
dari laporan arus kas yang menggunakan metode tidak langsung.
Di bawah ini disajikan perhitungan
laba tunai perusahaan industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Rumus laba tunai
= Laba akuntansi + biaya penyusutan dan amortisasi.
Tabel
4.1
Perhitungan
Laba Tunai Tahun 2002
(dalam
Rp)
Nama Emiten
|
Laba Akuntansi (a)
|
Penyusutan &
Amortisasi (b)
|
Laba Tunai (c) =
(a+b)
|
PT.
Delta Djakarta
|
62,596,000,000
|
16,965,373,000
|
61,804,373,000
|
PT.
Ultra Jaya Milk
|
23,727,000,000
|
11,126,401,540
|
30,032,401,540
|
PT.
Bentoel International
|
109,970,000,000
|
2,287,116,010
|
103,067,116,010
|
PT.
Multi Bintang Indonesia
|
123,380,000,000
|
6,228,609,000
|
91,278,609,000
|
PT.
Gudang Garam
|
3,006,712,000,000
|
50,112,000,000
|
2,137,005,000,000
|
PT.
Merck
|
54,455,000,000
|
405,766,000
|
37,834,766,000
|
PT.
Unilever Indonesia
|
1,384,504,000,000
|
7,847,000,000
|
986,096,000,000
|
PT.
Sari Husada
|
252,859,000,000
|
8,899,000,000
|
186,199,000,000
|
PT.
Aqua Golden Mississipi
|
969,943,000,000
|
18,025,621,880
|
84,135,621,880
|
PT.
Mustika Ratu
|
29,053,000,000
|
214,743,540
|
20,666,743,540
|
PT.
Indofood Sukses Makmur
|
1,718,084,000,000
|
34,484,094,800
|
837,117,094,800
|
PT.
BAT Indonesia
|
172,125,000,000
|
252,000,000
|
118,432,000,000
|
PT.
H.M. Sampoerna
|
2,566,802,000,000
|
71,000,000
|
1,671,155,000,000
|
PT.
Dankos Laboratories
|
127,848,000,000
|
5,123,348,200
|
98,297,348,200
|
PT.
Mandom Indonesia
|
81,760,000,000
|
2,550,359,830
|
85,042,418,199
|
Pada
tahun 2002 dapat dilihat bahwa PT. Gudang Garam memperoleh laba tunai terbesar,
sedangkan untuk nilai laba tunai terkecil didapat oleh PT. Mustika Ratu. Tabel
4.2 di bawah ini merupakan perhitungan nilai laba tunai tahun 2003.
Tabel
4.2
Perhitungan
Laba Tunai Tahun 2003
(dalam
Rp)
Nama Emiten
|
Laba Akuntansi
(a)
|
Penyusutan &
Amortisasi (b)
|
Laba Tunai (c) =
(a+b)
|
PT. Delta Djakarta
|
54,788,000,000
|
19,408,890,000
|
57,071,855,000
|
PT. Multi Bintang Indonesia
|
131,848,000,000
|
2,209,000,000
|
92,431,000,000
|
PT. Gudang Garam
|
3,006,712,000,000
|
87,029,000,000
|
1,925,702,000,000
|
PT. Merck
|
72,137,000,000
|
624,889,000
|
51,205,029,000
|
PT. Unilever Indonesia
|
1,819,766,000,000
|
597,000,000
|
1,297,308,000,000
|
PT. Sari Husada
|
313,243,000,000
|
6,463,000,000
|
227,080,000,000
|
PT. Aqua Golden Mississipi
|
93,328,000,000
|
9,958,090,150
|
73,204,090,150
|
PT. Tempo Scan Pacific
|
434,560,000,000
|
9,853,431,940
|
332,551,386,613
|
PT. Siantar TOP
|
45,943,000,000
|
3,202,166,730
|
34,384,454,529
|
PT. Indofood Sukses Makmur
|
1,031,135,000,000
|
44,599,140,500
|
648,080,443,347
|
PT. H.M. Sampoerna
|
2,199,497,000,000
|
7,148,000,000
|
1,413,992,000,000
|
PT. Dankos Laboratories
|
176,681,000,000
|
9,805,372,450
|
135,352,064,654
|
PT. Mandom Indonesia
|
89,850,000,000
|
1,810,331,750
|
63,662,864,010
|
Pada tahun 2003 dapat dilihat bahwa
PT. Gudang Garam memperoleh laba tunai terbesar, sedangkan untuk nilai laba
tunai terkecil didapat oleh PT. Siantar Top.
Tabel
4.3 di bawah ini merupakan perhitungan nilai laba tunai tahun 2004.
Tabel 4.3
Perhitungan
Laba Tunai Tahun 2004
(dalam
Rp)
Nama Emiten
|
Laba Akuntansi (a)
|
Penyusutan &
Amortisasi (b)
|
Laba Tunai (c) =
(a+b)
|
PT.
Delta Djakarta
|
57,390,000,000
|
19,306,642,000
|
58,002,844,000
|
PT.
Bentoel International Inv
|
90,246,000,000
|
17,777,538,760
|
98,715,662,354
|
PT.
Multi Bintang Indonesia
|
128,867,000,000
|
5,747,000,000
|
92,044,000,000
|
PT.
Gudang Garam
|
2,570,280,000,000
|
25,145,000,000
|
1,815,354,000,000
|
PT.
Merck
|
82,436,000,000
|
4,418,993,000
|
61,657,511,000
|
PT.
Unilever Indonesia
|
2,102,323,000,000
|
7,189,000,000
|
1,475,634,000,000
|
PT.
Sari Husada
|
293,509,000,000
|
1,513,000,000
|
183,391,000,000
|
PT.
Mandom Indonesia
|
119,561,000,000
|
5,250,501,180
|
87,742,501,180
|
PT.
Aqua Golden Mississipi
|
133,477,000,000
|
4,980,890,600
|
96,562,926,531
|
PT.
Tempo Scan Pacific
|
435,763,000,000
|
9,746,709,680
|
334,216,501,799
|
PT.
Indofood Sukses Makmur
|
852,380,000,000
|
46,184,938,148
|
424,241,276,378
|
PT.
H.M. Sampoerna
|
3,059,104,000,000
|
42,008,000,000
|
2,033,860,000,000
|
Pada tahun 2004 dapat dilihat bahwa PT. H.M. Sampoerna memperoleh laba tunai
terbesar, sedangkan untuk nilai laba tunai terkecil didapat oleh PT. Delta
Djakarta.
4.4
Analisis
Deskriptif
Uji statistik deskriptif dilakukan untuk mengidentifikasi bahwa data yang
digunakan dalam penelitian adalah data normal dan homogen (Syamsul Hadi, 2004:
102). Suatu data dikatakan homogen dan normal berdasarkan nilai kurtosis dan
Skewnessnya. Diharapkan hasil uji statistik secara umum dapat melegitimasi
validitas dan reliabilitas variabel yang digunakan dalam uji statistik setiap
hipotesis penelitian.
Hasil analisis statistik deskriptif dengan bantuan komputer program Microsoft
Excel disajikan dalam lampiran 1.
Adapun tabel dibawah ini hanya menampilkan nilai Kurtosis, Skewness dan standar
deviasi sebagai acuan untuk mentukan normal dan homogennya suatu data serta
untuk menunjukan ada tidaknya data ekstrim (Syamsul Hadi, 2004:113). Data yang
sempurna adalah data yang memiliki nilai kurtosis tinggi, skewness dan standar
deviasi rendah.
Tabel 4.4
Statistik Deskriptif Perusahaan Populasi
Keterangan Variabel
|
Nilai Kurtosis
|
Nilai Skewness
|
Standar Deviasi
|
Laba Akuntansi
|
0,906597641
|
1,546086205
|
637,196,355,566
|
Laba Tunai
|
4
|
2,197378851
|
551,274,338,796
|
Dividen Kas
|
8,084053858
|
2,828892771
|
1,001,191,320,822
|
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa data penelitian ini dapat
dikatakan normal dan homogen. Suatu data dapat dikatakan homogen apabila
memiliki nilai kurtosis >3. Sedangkan suatu data dikatakan homogen apabila
memiliki nilai skewness = 0, tetapi hal ini sangat sulit dijumpai. Sehingga apabila
data memiliki nilai skewness yang kecil, maka data tersebut bisa ‘dianggap’
normal (tidak miring) (Syamsul Hadi, 2004: 111-112).
Menurut tabel 4.4 data laba akuntansi dapat dikatakan normal dan
berdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari nilai kurtosis dan skewness
untuk laba akuntansi sebesar 0,9065 dan nilai skewness sebesar 1,54608. Nilai
kurtosis sebesar 0,9065 termasuk berdistribusi datar (platikurtis) dimana
distribusi data itu menyebar. Meskipun distribusi datanya menyebar, tetapi data
laba akuntansi tidak memiliki data ekstrim. Berdasarkan nilai kurtosis, nilai
skewness dan standar deviasi dapat disimpulkan bahwa data untuk laba akuntansi dapat
dikatakan berdistribusi normal dan tidak memiliki data ekstrim.
Nilai laba tunai dapat dikatakan normal dan homogen dengan melihat dari
nilai kurtosis yang > 3, yaitu sebesar 4, nilai skewness yang kecil sebesar
2,197378851 dan nilai standar deviasi yang tidak terlalu besar yaitu sebesar 551,274,338,796. Sehingga
dapat disimpulkan data laba tunai memiliki distribusi normal dan tidak memiliki titik ekstrim. Begitupun
dengan nilai dividen kas dapat dikatakan normal dan homogen dengan melihat dari
nilai kurtosis yang > 3, yaitu sebesar 8,084053858, nilai skewness yang
kecil sebesar 2,828892771.
4.5
Perhitungan
Koefisien Korelasi Spearman
Korelasi Spearman Rank digunakan mencari keeratan hubungan
atau untuk menguji signifikansi hipotesis asosiatif bila masing-masing variabel
yang dihubungkan berbentuk ordinal dan sumber data antar variabel tidak harus
sama (Sugiyono, 1999: 282). Perhitungan koefisien korelasi spearman dapat menggunakan
software SPSS.
Menurut Young dalam Wahid Sulaiman (2003:135), ukuran
korelasi adalah sebagai berikut :
·
0,70 – 1,00 (baik plus atau minus) menunjukan
adanya derajat asosiasi yang tinggi.
·
0,40 - < 0,70 (baik plus atau minus)
menunjukan hubungan yang substansial.
·
0,20 - < 0,40 (baik plus atau minus)
menunjukan adanya korelasi yang rendah.
·
< 0,20 (baik plus atau minus) berarti dapat
diabaikan.
4.5.1
Perhitungan
Korelasi Tahun 2002
Berdasarkan data laba akuntansi, laba tunai dan dividen kas
untuk tahun 2002 maka di dapat nilai dari Korelasi Spearman adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.5
Nilai Korelasi Spearman
Tahun 2002
Berdasarkan hasil analisa koefisien Korelasi
Spearman rank antara laba akuntansi dan dividen kas tahun 2002 menunjukan nilai
rs sebesar 0,829. Nilai tersebut dapat menjelaskan ada korelasi yang kuat dan
searah antara laba akuntansi dengan dividen kas untuk tahun 2002. Nilai
korelasi antara laba tunai dan dividen kas sebesar 0,836. Nilai ini menunjukan
ada korelasi yang kuat dan searah antara laba tunai dengan dividen kas untuk
tahun 2002.
Dari
penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang memiliki hubungan
korelasi paling kuat dalam menentukan nilai dividen kas adalah nilai korelasi
antara laba tunai dan dividen kas. Sehingga dapat dikatakan bahwa tahun 2002
laba tunai lebih mempengaruhi besarnya dividen kas di bandingkan dengan laba
akuntansi.
4.5.2
Perhitungan
Korelasi Tahun 2003
Berdasarkan data laba akuntansi, laba tunai dan dividen kas
untuk tahun 2003 maka di dapat nilai dari Korelasi Spearman adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.6
Nilai Korelasi Spearman
Tahun 2003
Hasil analisa koefisien Korelasi Spearman rank antara laba akuntansi dan
dividen kas tahun 2003 menunjukan nilai rs sebesar 0,885. Nilai tersebut dapat
menjelaskan ada korelasi yang kuat dan searah antara laba akuntansi dengan
dividen kas untuk tahun 2003. Nilai korelasi antara laba tunai dan dividen kas
sebesar 0,857. Nilai ini menunjukan ada korelasi yang kuat dan searah antara
laba tunai dengan dividen kas untuk tahun 2003.
Menurut
penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang memiliki hubungan
korelasi paling kuat dalam menentukan nilai dividen kas adalah nilai korelasi
antara laba akuntansi dan dividen kas. Sehingga dapat dikatakan bahwa tahun
2003 laba akuntansi lebih mempengaruhi besarnya dividen kas di bandingkan
dengan laba tunai.
4.5.3
Perhitungan
Korelasi Tahun 2004
Berdasarkan data laba akuntansi, laba tunai dan dividen kas
untuk tahun 2004 maka di dapat nilai dari Korelasi Spearman adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.7
Nilai Korelasi Spearman
Tahun 2004
Hasil
analisa koefisien Korelasi Spearman rank antara laba akuntansi dan dividen kas
tahun 2004 menunjukan nilai rs sebesar 0,874. Nilai tersebut dapat menjelaskan
ada korelasi yang kuat dan searah. Dengan kata lain apabila jumlah laba
akuntansi besar maka jumlah dividen kas juga besar. Nilai korelasi antara laba
tunai dan dividen kas sebesar 0,853. Nilai ini dapat menunjukan adanya korelasi
yang kuat dan searah antara laba tunai dengan dividen kas untuk tahun 2004.
Dari
penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang memiliki hubungan
korelasi paling kuat dalam menentukan nilai dividen kas adalah nilai korelasi
antara laba tunai dan dividen kas. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada tahun
2004 laba akuntansi lebih mempengaruhi besarnya dividen kas di bandingkan
dengan laba tunai.
4.6 Uji Signifikansi
Hasil
korelasi belum bisa digunakan untuk membuktikan bahwa hubungan antara laba akuntansi
dengan dividen kas maupun antara laba tunai dengan dividen kas signifikan atau
tidak. Oleh karena itu dilakukan uji signifikansi antara variabel-variabel
tersebut. Tabel 4.8 dibawah ini merupakan perhitungan uji signifikansi antara
laba akuntansi terhadap dividen kas dan antara laba tunai terhadap dividen kas.
Tabel 4.8
Uji Signifikansi Tahun
2002
Variabel
|
ρ-value
|
Keterangan
|
H0
|
Laba akuntansi terhadap dividen kas
|
0,000
|
α/2
|
Ditolak
|
Laba tunai terhadap dividen kas
|
0,000
|
α/2
|
Ditolak
|
Berdasarkan
tabel 4.8 di dapat tingkat signifikansi antara laba akuntansi dan laba tunai
terhadap dividen kas sebesar (=0,000) < (α/2), sehingga dapat di simpulkan
bahwa Ho ditolak dan menerima Ha yang artinya terdapat hubungan yang signifikan
dengan menggunakan taraf nyata 0,01 antara laba akuntansi dengan dividen kas
dan antara laba tunai dengan dividen kas pada tahun 2002.
Tabel 4.9
dibawah ini merupakan perhitungan uji signifikansi antara laba akuntansi
terhadap dividen kas dan antara laba tunai terhadap dividen kas.
Tabel 4.9
Uji Signifikansi Tahun
2003
Variabel
|
ρ-value
|
Keterangan
|
H0
|
Laba akuntansi terhadap dividen kas
|
0,000
|
α/2
|
Ditolak
|
Laba tunai terhadap dividen kas
|
0,000
|
α/2
|
Ditolak
|
Berdasarkan
tabel 4.9 di dapat tingkat signifikansi antara laba akuntansi dan laba tunai
terhadap dividen kas sebesar (=0,000) < (α/2), sehingga dapat di simpulkan
bahwa Ho ditolak dan menerima Ha yang artinya terdapat hubungan yang signifikan
dengan menggunakan taraf nyata 0,01 antara laba akuntansi dengan dividen kas
dan antara laba tunai dengan dividen kas pada tahun 2003. Tabel 4.10 dibawah
ini merupakan perhitungan uji signifikansi antara laba akuntansi terhadap
dividen kas dan laba tunai terhadap dividen kas
Tabel 4.10
Uji Signifikansi Tahun
2004
Variabel
|
ρ-value
|
Keterangan
|
H0
|
Laba akuntansi terhadap dividen kas
|
0,000
|
α/2
|
Ditolak
|
Laba tunai terhadap dividen kas
|
0,000
|
α/2
|
Ditolak
|
Berdasarkan
tabel 4.10 di dapat tingkat signifikansi antara laba akuntansi dan laba tunai
terhadap dividen kas sebesar (=0,000) < (α/2), sehingga dapat di simpulkan
bahwa Ho ditolak dan menerima Ha yang artinya terdapat hubungan yang signifikan
dengan taraf nyata 0,01 antara laba akuntansi dengan dividen kas dan antara
laba tunai dengan dividen kas pada tahun 2004.
0 Response to " Analisa Laba Akuntansi dengan Dividen Kas"
Post a Comment