Friday, March 1, 2013
Artikel
CARA PENYUSUNAN HIPOTESIS
Menyusun
Hipotesis
5.8.1.
Pengertian
Setelah
masalah dirumuskan, maka langkah berikutnya ialah merumuskan hipotesis. Apakah
hipotesis itu? Ada banyak definisi hipotesis yang pada hakikatnya mengacu pada
pengertian yang sama. Diantaranya ialah hipotesis adalah jawaban sementara
terhadap masalah yang sedang diteliti. Menurut Prof. Dr. S. Nasution definisi
hipotesis ialah “pernyataan tentative yang merupakan dugaan mengenai apa saja
yang sedang kita amati dalam usaha untuk memahaminya”. (Nasution:2000)
- 5.8.2 Asal dan Fungsi Hipotesis
Hipoptesis
dapat diturunkan dari teori yang berkaitan dengan masalah yang akan kita
teliti. Misalnya seorang peneliti akan melakukan penelitian mengenai harga
suatu produk maka agar dapat menurunkan hipotesis yang baik, sebaiknya yang
bersangkutan membaca teori mengenai penentuan harga.
Hipotesis
merupakan kebenaran sementara yang perlu diuji kebenarannya oleh karena itu
hipotesis berfungsi sebagai kemungkinan untuk menguji kebenaran suatu teori.
Jika
hipotesis sudah diuji dan membuktikan kebenaranya, maka hipotesis tersebut
menjadi suatu teori. Jadi sebuah hipotesis diturunkan dari suatu teori yang
sudah ada, kemudian diuji kebenarannya dan pada akhirnya memunculkan teori
baru.
Fungsi
hipotesis menurut Menurut Prof. Dr. S. Nasution ialah sbb: 1) untuk menguji
kebenaran suatu teori, 2) memberikan gagasan baru untuk mengembangkan suatu
teori dan 3) memperluas pengetahuan peneliti mengenai suatu gejala yang sedang
dipelajari.
5.8.3
Pertimbangan dalam Merumuskan Hipoptesis
Dalam
merumuskan hipotesis peneliti perlu pertimbangan-pertimbangan diantaranya:
- Harus mengekpresikan hubungan antara dua variabel atau lebih, maksudnya dalam merumuskan hipotesis seorang peneliti harus setidak-tidaknya mempunyai dua variable yang akan dikaji. Kedua variable tersebut adalah variable bebas dan variable tergantung. Jika variabel lebih dari dua, maka biasanya satu variable tergantung dua variabel bebas.
- Harus dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna ganda, artinya rumusan hipotesis harus bersifat spesifik dan mengacu pada satu makna tidak boleh menimbulkan penafsiran lebih dari satu makna. Jika hipotesis dirumuskan secara umum, maka hipotesis tersebut tidak dapat diuji secara empiris.
- Harus dapat diuji secara empiris, maksudnya ialah memungkinkan untuk diungkapkan dalam bentuk operasional yang dapat dievaluasi berdasarkan data yang didapatkan secara empiris. Sebaiknya Hipotesis jangan mencerminkan unsur-unsur moral, nilai-nilai atau sikap.
5.8.4
Jenis-Jenis Hipotesis
Secara garis
besar ada dua jenis Hipotesis didasarkan pada tingkat abstraksi dan bentuknya.
Menurut tingkat abstraksinya hipotesis dibagi menjadi:
a).
Hipotesis yang menyatakan adanya kesamaan-kesamaan dalam dunia empiris:
Hipotesis jenis ini berkaitan dengan pernyataan-pernyataan yang bersifat umum
yang kebenarannya diakui oleh orang banyak pada umumnya, misalnya “orang jawa
halus budinya dan sikapnya lemah lembut”, “jika ada bunyi hewan tenggeret maka
musim kemarau mulai tiba, “ jika hujan kota Jakarta Banjir”.
Kebenaran-kebenaran umum seperti di atas yang sudah diketahui oleh orang banyak
pada umumnya, jika diuji secara ilmiah belum tentu benar.
b).
Hipotesis yang berkenaan dengan model ideal: pada kenyataannya dunia ini sangat
kompleks, maka untuk mempelajari kekomplesitasan dunia tersebut kita memerlukan
bantuan filsafat, metode, tipe-tipe yang ada. Pengetahuan mengenai otoriterisme
akan membantu kita memahami, misalnya dalam dunia kepemimpinan, hubungan ayah
dalam mendidik anaknya. Pengetahuan mengenai ide nativisme akan membantu kita
memahami munculnya seorang pemimpin.
c).
Hipotesis yang digunakan untuk mencari hubungan antar variable: hipotesis ini
merumuskan hubungan antar dua atau lebih variable-variabel yang diteliti. Dalam
menyusun hipotesisnya, peneliti harus dapat mengetahui variabel mana yang
mempengaruhi variable lainnya sehingga variable tersebut berubah.
Menurut
bentuknya, Hipotesis dibagi menjadi tiga:
a).
Hipotesis penelitian / kerja: Hipotesis penelitian merupakan anggapan dasar
peneliti terhadap suatu masalah yang sedang dikaji. Dalam Hipotesis ini
peneliti mengaggap benar Hipotesisnya yang kemudian akan dibuktikan secara
empiris melalui pengujian Hipotesis dengan mempergunakan data yang diperolehnya
selama melakukan penelitian. Misalnya: Ada hubungan antara krisis ekonomi
dengan jumlah orang stress
b).
Hipotesis operasional: Hipotesis operasional merupakan Hipotesis yang bersifat
obyektif. Artinya peneliti merumuskan Hipotesis tidak semata-mata berdasarkan
anggapan dasarnya, tetapi juga berdasarkan obyektifitasnya, bahwa Hipotesis
penelitian yang dibuat belum tentu benar setelah diuji dengan menggunakan data
yang ada. Untuk itu peneliti memerlukan Hipotesis pembanding yang bersifat
obyektif dan netral atau secara teknis disebut Hipotesis nol (H0). H0 digunakan
untuk memberikan keseimbangan pada Hipotesis penelitian karena peneliti
meyakini dalam pengujian nanti benar atau salahnya Hipotesis penelitian
tergantung dari bukti-bukti yang diperolehnya selama melakukan penelitian.
Contoh: H0: Tidak ada hubungan antara krisis ekonomi dengan jumlah orang
stress.
c).
Hipotesis statistik: Hipotesis statistik merupakan jenis Hipotesis yang
dirumuskan dalam bentuk notasi statistik. Hipotesis ini dirumuskan berdasarkan
pengamatan peneliti terhadap populasi dalam bentuk angka-angka (kuantitatif).
Misalnya: H0: r = 0; atau H0: p = 0
- 5.8.5 Cara Merumuskan Hipotesis
Cara
merumuskan Hipotesis ialah dengan tahapan sebagai berikut: rumuskan Hipotesis
penelitian, Hipotesis operasional, dan Hipotesis statistik.
Hipotesis
penelitian ialah Hipotesis yang kita buat dan dinyatakan dalam bentuk kalimat.
Contoh:
- Ada hubungan antara gaya kepempininan dengan kinerja pegawai
- Ada hubungan antara promosi dan volume penjualan
Hipotesis
operasional ialah mendefinisikan Hipotesis secara operasional variable-variabel
yang ada didalamnya agar dapat dioperasionalisasikan. Misalnya “gaya
kepemimpinan” dioperasionalisasikan sebagai cara memberikan instruksi terhadap
bawahan. Kinerja pegawai dioperasionalisasikan sebagai tinggi rendahnya
pemasukan perusahaan. Hipotesis operasional dijadikan menjadi dua, yaitu
Hipotesis 0 yang bersifat netral dan Hipotesis 1 yang bersifat tidak netral
Maka bunyi Hipotesisnya:
H0: Tidak
ada hubungan antara cara memberikan instruksi terhadap bawahan dengan tinggi –
rendahnya pemasukan perusahaan H1: Ada hubungan antara cara memberikan
instruksi terhadap bawahan dengan tinggi – rendahnya pemasukan perusahaan.
Hipotesis statistik ialah Hipotesis operasional yang diterjemahkan kedalam
bentuk angka-angka statistik sesuai dengan alat ukur yang dipilih oleh
peneliti. Dalam contoh ini asumsi kenaikan pemasukan sebesar 30%, maka
Hipotesisnya berbunyi sebagai berikut:
H0: P = 0,3
H1: P ¹ 0,3
- 5.9. Uji Hipotesis
Hipotesis
yang sudah dirumuskan kemudian harus diuji. Pengujian ini akan
membuktikan
H0 atau H1 yang akan diterima. Jika H1 diterima maka H0 ditolak, artinya ada
hubungan antara cara memberikan instruksi terhadap bawahan dengan tinggi –
rendahnya pemasukan perusahaan.
Dalam
membuat Hipotesis ada dua jenis kekeliruan yang kadang dibuat oleh
peneliti,
yaitu:
a). Menolak
Hipotesis yang seharusnya diterima. Kesalahan ini disebut sebagai kesalahan alpha
(a). Menerima Hipotesis yang seharusnya ditolak. Kesalahan ini disebut sebagai
kesalahan beta (b).
0 Response to "CARA PENYUSUNAN HIPOTESIS "
Post a Comment