FAKTOR RESIKO PENYEBAB PENYAKIT JANTUNG KORONER



2.Faktor risiko dari segi karakteristik yang berhubungan dengan penyakit jantung koroner 

a. Usia 

Umur dan jenis kelamin merupakan faktor resiko alami yang tidak dapat dicegah. Telah dibuktikan adanya hubungan antara umur dan kematian akibat PJK. Sebagian besar kasus kematian terjadi pada laki-laki umur 35-44 tahun dan meningkat dengan bertambahnya umur. Juga didapatkan hubungan antara umur dan kadar kolesterol yaitu kadar kolesterol total akan meningkat dengan bertambahnya umur.7 Makin tua seseorang, makin berkurang kemampuan reseptor LDL-nya. Hal ini menyebabkan LDL dalam darah meningkat. Makin tua makin banyak yang menderita obesitas hal ini meningkatkan kadar trigliserida dan kolesterol dalam darah. Di Amerika Serikat kadar kolesterol pada laki-laki maupun perempuan mulai meningkat pada umur 20 tahun. Pada laki-laki kadar kolesterol akan meningkat sampai umur 50 tahun dan akhirnya akan turun sedikit setelah umur 50 tahun. Kadar kolesterol perempuan sebelum menopause (45-60 tahun) lebih rendah daripada laki-laki dengan umur yang sama. Setelah menopause kadar kolesterol perempuan biasanya akan meningkat menjadi lebih tinggi daripada laki-laki. Untuk mengetahui berapa besar usia yang mempengaruhi profil lemak dalam darah, Cooper Clinic, Dallas-USA, telah meneliti 2000 orang laki-laki dan 589 orang perempuan sehat yang hasilnya sebagai berikut. 14 


b. Jenis kelamin 

Di Amerika Serikat gejala PJK sebelum umur 60 tahun didapatkan pada 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 17 perempuan. Pria memiliki risiko lebih tinggi (dalam periode tertentu) dibanding wanita. Risiko pria untuk terkena penyakit jantung koroner melampaui risiko pada perempuan setelah usia remaja sampai usia sekitar lima puluh tahun. Pada rentang usia tersebut pria mempunyai risiko PJK 2-3 x lebih besar daripada wanita. Pada beberapa perempuan pemakaian oral kontrasepsi dan selama kehamilan akan meningkatkan kadar kolesterol. Pada wanita hamil kadar kolesterolnya akan kembali normal 20 minggu setelah melahirkan. Wanita premenopause tampak lebih terlindung dari PJK karena memiliki kadar HDL yang lebih tinggi dibanding pada laki-laki dan wanita pasca menopause.7 Selama tahun-tahun premenopause, estrogen kelihatannya melindungi perempuan dari penyakit itu. Estrogen dipercaya mencegah terbentuknya plak pada arteri dengan menaikan kadar HDL dan menurunkan kadar LDL. Setelah masa menopause lewat, kadar estrogen menurun. Oleh karena itu, perempuan sesudah menopause memiliki resiko yang lebih tinggi dibanding sebelum. Angka kematian pada laki-laki didapatkan lebih tinggi daripada perempuan dimana ketinggalan waktu l0 tahun kebelakang seperti terlihat pada gambar di bawah akan tetapi setelah menopause hampir tidak didapatkan perbedaan dengan laki-laki. Namun efek perlindungan itu tampak menghilang pada perempuan yang merokok dan memiliki diabetes. Sekitar usia lima puluh tahun keatas wanita dan pria dapat dikatakan beresiko sama menurut A.Maximin, L.S Rust, dan L.W.Kenyon, dalam buku Heart Therapy (1997). 14 



c. Indeks massa tubuh 

Berat badan dan tinggi badan dapat digunakan untuk mengukur indeks massa tubuh (IMT). Indeks massa tubuh merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Dengan IMT akan diketahui apakah berat badan seseorang dinyatakan normal, kurus atau gemuk. 19 

Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut: 

Berat Badan (Kg) 

IMT = ------------------------------------------------------- 

Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m) 



Tabel 2.2 

Kategori Indeks Massa Tubuh 

Kategori 

IMT 


Kurus 

Kekurangan berat badan tingkat berat 

< 17,0 


Kekurangan berat badan tingkat ringan 

17,0 – 18,4 


Normal 



18,5 – 25,0 


Gemuk 

Kelebihan berat badan tingkat ringan 

25,1 – 27,0 


Kelebihan berat badan tingkat berat 

> 27,0 


(Sumber : Depkes, 1994 Pedoman Praktis pemantauan Status Gizi 

orang dewasa, hlm.4 ) 

Kelebihan berat badan adalah suatu faktor resiko yang berhubungan dengan penyakit jantung koroner. Obesitas dapat meningkatkan kadar total kolesterol, VLDL dan LDL yang tinggi, demikian penjelasan dr. Faisal Baraas dalam buku Tentang Kolesterol (1993).14 Resiko PJK akan jelas meningkat bila BB mulai melebihi 20 % dari BB ideal. Penderita yang gemuk dengan kadar kolesterol yang tinggi dapat menurunkan kolesterolnya dengan mengurangi berat badan melalui diet ataupun menambah exercise.3 Kegemukan mendorong timbulnya faktor risiko yang lain seperti diabetes melitus, hipertensi, yang pada taraf selanjutnya meningkatkan risiko PJK. Kurang aktivitas terkait erat dengan kegemukan dalam arti sedikitnya tenaga yang dikeluarkan dibanding masukan sehingga makanan yang dimakan akan tersimpan dan tertumpuk sebagai lemak. 14

0 Response to "FAKTOR RESIKO PENYEBAB PENYAKIT JANTUNG KORONER"

Post a Comment