Pengertian Komunikasi Politik

Komunikator Politik

Meskipun setiap orang boleh berkomunikasi tentang politik, namun yang melakukannya secara tetap dan berkesinambungan jumlahnya relatif sedikit. Walaupun sedikit, para komunikator politik ini memainkan peran sosial yang utama, terutama dalam proses opini publik. Dan Nimmo (1989) mengklasifikasikan komunikator utama dalam politik sebagai berikut:

1. Politikus

Politikus adalah orang yang bercita-cita untuk dan atau memegang jabatan pemerintah, tidak peduli apakah mereka dipilih, ditunjuk, atau pejabat karier, dan tidak mengindahkan apakah jabatan itu eksekutif, legislatif, atau yudukatif.

2. Profesional

Profesional adalah orang-orang yang mencari nafkahnya dengan berkomunikasi, karena keahliannya berkomunikasi. Komunikator profesional adalah peranan sosial yang relatif baru, suatu hasil sampingan dari revolusi komunikasi yang sedikitnya mempunyai dua dimensi utama: munculnya media massa; dan perkembangan serta merta media khusus (seperti majalah untuk khalayak khusus, stasiun radio, dsb.) yang menciptakan publik baru untuk menjadi konsumen informasi dan hiburan. Baik mediamassa maupun media khusus mengandalkan pembentukan dan pengelolaan lambang-lambang dan khalayak khusus.

3. Aktivis

Aktivis adalah komunikator politik utama yang bertindak sebagai saluran organisasional dan interpersonal. Pertama, terdapat jurubicara bagi kepentingan yang terorganisasi. Pada umumnya orang ini tidak memegang ataupun mencita-citakan jabatan pada pemerintah; dalam hal ini komunikator tersebut tidak seperti politikus yang membuat politik menjadi lapangan kerjanya. Jurubicara ini biasanya juga bukan profesional dalam komunikasi. namun, ia cukup terlibat baik dalam politik dan semiprofesional dalam komunikasi politik. Berbicara untuk kepentingan yang terorganisasi merupakan peran yang serupa dengan peran politikus partisan, yakni mewakili tuntutan keanggotaan suatu organisasi. dalam hal lain jurubicara ini sama dengan jurnalis, yakni melaporkan keputusan dan kebijakan pemerintah kepada anggota suatu organisasi. Kedua, terdapat pemuka pendapat yang bergerak dalam jaringan interpersonal.

(Sumber:http://kuliahkomunikasi.blogspot.com/2008/11/komunikator-politik-opini-publik.html)

Pesan Politik

Pesan Politik sangatlah erat kaitannya dengan Pembicaraan Politik, Bagaimana pembicaraan politik itu? David V.J Bell (dalam Nimmo, 1989) meyakini terdapat tiga jenis pembicaraan yang mempunyai kepentingan politik. Yaitu:

1. Pembicaraan kekuasaan merupakan pembicaraan yang mempengaruhi orang lain dengan ancaman atau janji

2. Pembicaraan pengaruh merupakan pembicaraan yang mempengaruhi orang lain dengan nasihat, dorongan, permintaan, dan peringatan

3. Pembicaraan autoritas adalah pemberian perintah.

Sifat Pembicaraan Politik
Kegiatan simbolik: kata-kata dalam pembicaraan politik.

Kegiatan simbolik terdiri atas orang-orang yang menyusun makna dan tanggapan bersama terhadap perwujudan lambang-lambang referensial dan kondensasi dalam bentuk kata-kata, gambar, dan perilaku. Dengan mengatakan bahwa makna dan tanggapan itu berasal dari pengambilan peran bersama, kita meminta perhatian kepada orang untuk memainkan peran. Hal ini berlaku baik bagi lambang politik maupun bagi lambang jenis apapun.
Bahasa: permainan kata dalam pembicaraan politik.

Bahasa adalah suatu sistem komunikasi yang tersusun dari kombinasi lambang-lambang signifikan (tanda dengan makna dan tanggapan bersama bagi orang-orang), di dalamnya signifikasi itu lebih penting daripada situasi langsung tempat bahasa itu digunakan, dan lambang-lambang itu digabungkan menurut aturan-aturan tertentu.

Dalam konstruksi realitas, bahasa adalah unsur utama, ia merupakan instrumen pokok dalam menceritakan realitas. Berger, Peter dan Thomas Luckman (dalam Ibnu Hamad, 2004) meyakini bahwa bahasa adalah alat konseptualisasi dan alat narasi. Dalam komunikasi politik penggunaan bahasa menentukan format narasi (dan makna) tertentu. Fiske (1990) dalam Cultural and Communication Studies, menambahkan bahwa penggunaan bahasa tertentu dengan demikian berimplikasi pada bentuk konstruksi realitas dan makna yang dikandungnya. Pilihan kata dan cara penyajian suatu realitas ikut menentukan struktur konstruksi realitas dan makna yang muncul darinya. Dari perspektif ini, bahasa bukan hanya mampu mencerminkan realitas, tetap bahkan menciptakan realitas.
Semiotika: makna dan aturan permainan kata politik.

Pesan-pesan yang dihasilkan dari hasil pengaruh dari para peserta komunikasi banyak bentuknya dan menghasilkan berbagai makna, struktur, dan akibat. Studi tentang keragaman itu merupakan satu segi dari ilmu semiotika, yakni teori umum tentang tanda dan bahasa. Charles Morris (dalam Nimmo, 1989) menyatakan bahwa semiotika membahas keragaman bahasa dari tiga perspektif: semantika (studi tentang makna); sintaktika ( berurusan dengan kaidah dan struktur yang menghubungkan tanda-tanda satu sama lain; dan pragmatika (analisis penggunaan dan akibat permainan kata).
Pragmatika: penggunaan pembicaraan politik.

a. Meyakinkan dan membangkitkan massa: pembicaraan politik untuk pencapaian material.

b. Autoritas sosial: pembicaraan politik untuk peningkatan status.

c. Ungkapan personal: pembicaraan politik untuk identitas.

d. Diskusi publik: pembicaraan politik untuk pemberian informasi.



(Sumber: http://adiprakosa.blogspot.com/2008/03/pesan-politik-kp-5.html)



Persuasi Politik

Menurut Otto Lerbinger di dalam bukunya Design for persuasive communication, ada beberapa model untuk merekayasa persuasi, antara lain sebagai berikut.

a. Stimulus respons

Model persuasi ini cara yang paling sederhana, yaitu berdasarkan konsep asosiasi. Misalnya jika seseorang selalu kelihatan berdua terus-menerus sepanjang waktu dan satu saat hanya terlihat sendiri, maka orang lain akan merasakan ada sesuatu yang kurang lengkap dan sudah dipastikan orang akan bertanya ke mana temannya itu. Melalui slogan atau magic word tertentu dalam iklan seperti kata-kata “three in one”, orang akan ingat pembatasan penumpang minimal tiga orang dalam satu mobil ketika melewati Jalan Protokol, Jalan Tamrin, dan Jalan Sudirman, Jakarta pada jam tertentu.

b. Kognitif

Model ini berkaitan dengan nalar, pikiran dan rasio untuk peningkatan pemahaman, mudah dimengerti, dan logis bisa diterima. Dalam melakukan persuasi pada posisi ini, komunikator dan komunikan lebih menekankan penjelasan yang rasional dan logis. Artinya, ide atau informasi yang disampaikan tersebut tidak bisa diterima sebelum dikenakan alasan yang jelas dan wajar.

c. Motivasi

Motivasi yaitu persuasi dengan model membujuk seseorang agar mau mengubah opininya atau agar kebutuhan yang diperlukan dapat terpenuhi dengan menawarkan sesuatu ganjaran tertentu. Dengan memotivasi melalui pujian, hadiah, dan iming-iming janji tertentu melalui berkomunikasi, maka lambat-laun orang bersangkutan bisa mengubah opininya.

d. Sosial

Model persuasi ini menganjurkan pada pertimbangan aspek sosial dari publik atau komunikan, artinya pesan yang disampaikan itu sesuai dengan status sosial yang bersangkutan sehingga proses komunikasi akan lebih mudah dilakukan. Misalnya, kampanye iklan mobil mewah lebih berhasil kalau menonjolkan sesuatu yang “prestise” daripada menampilkan kelebihan mesin dan irit bahan bakarnya karena konsumen berduit lebih memperhatikan penampilan status sosialnya.

e. Personalitas

Model persuasi di sini memperhatikan karakteristik pribadi sebagai acuan untuk melihat respon dari khalayak tertentu.

(Sumber:http://ramakertamukti.wordpress.com/2009/02/12/persuasi-dalam-kegiatan-komunikasi/)

Media Komunikasi Politik

Media Sangatlah Dibutuhkan Dalam Penyebaran kepentingan-kepentingan politik, kita bisa mengetahui informasi politik melalui media. Dalam hal ini terdapat 3 media politik, yakni:

1.Pers

Salah satu Input dari informasi politik adalah melalui pers, dari pers ini informasi politik dapat sampai ke media massa

2.Media Massa

Cukup banyak jenis-jenis media massa baik cetak maupun elektronik seperti, koran, televisi, internet,Radio, dll, kesemuanya itu sangat membantu komunikasi politik

3. Pemilu

Salah satu media dalam meraih suatu kekuasaan adalah melalui pemilu, disini para orang-orang berkepentingan dapat berkampanye demi tujuan politis, begitu juga para warga negara dapat menjadi partisipan politik.

Khalayak Komunikasi Politik

Dalam kaidah komunikasi politik sendiri, secara umum khalayak dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) bagian besar: massa dan publik. Dua bagian ini memiliki beragam kesamaan dan perbedaan sebagai berikut :

A. Massa

Massa pada dasarnya adalah sekumpulan orang yang mengalami kejadian tertentu, tanpa memperhitungkan keberadaan dan lokasi mereka. Yang menyatukan mereka adalah kesamaan pengalaman atas suatu kejadian tertentu. Mereka dalam hal ini mengikuti jalannya aktiviats yang melibatkan perhatian mereka. Perlu diingat bahwa timbulnya massa ini adalah karena perkembangan teknologi media (radio, televisi, internet) yang memungkinkan banyak orang di banyak wilayah mengikuti kejadian yang sama lewat media massa tersebut.

Keberadaannya yang tidak terikat jaraklah yang menyebabkan massa berbeda dari kerumunan (crowd). Massa juga cenderung heterogen, dan diisi oleh individu-individu yang tidak secara integral dapat dipetakan karakternya.

Massa dianggap memiliki kesamaan karena mereka yang tergabung di dalamnya memiliki kesamaan kepentingan. Ikatan kuat inilah yang menyatukan sekumpulan orang yang dinamakan ‘massa’.



B. Publik

Publik dapat diartikan sebagai bagian dari massa yang tertarik pada masalah-masalah sosial atau masyarakat, atau dalam konteks ini politik. Publik biasanya memiliki kesamaan dalam hal karakter individu yang terlibat di dalamnya. Setiap individu tadi memiliki kecenderungan sama dengan individu lain yang lebih aktif (atau paling aktif) dalam sebuah komunitas publik.

(Sumber: http://dinny182.multiply.com/journal/item/3)





Efek Komunikasi Politik

Efek komunikasi secara langsung, menurut Johan Gardner dalam bukunya “A Sythesis of Expremintal Studies of Speech Communiccation Feedback” menyatakan bahwa feedback dan efek komunikasi secara langsung adalah reaksi langsung yang dilihat atau dirasakan oleh komunikan, hal ini bersifat terikat pada waktu sebab efek langsung ini terjadi ketika komunikasi juga dijalankan secara langsung. Contoh: saya berkampanye kepada SBY, dengan bertemu secara langsung untuk memilih saya sebagai presiden. Karena pendekatan saya secara personal dalam artian komunikasi yang dibangun secara antarpersonal, maka saya akan mengetahui efek secara langsung dari kampanye saya tersebut pada SBY. Misalnya SBY langsung memberikan reaksi akan mendukung bahkan sampai menjadi tim sukses.


efek secara tidak langsung bersifat tidak terikat dengan ruang dan waktu. Bisa saja rekasi yang disampaikan SBY pada waktu itu adem-adem aja bahkan tidak menentukan pilihan. Namun jika ketika pemilihan umum beliau memilih saya berarti efek komunikasi yang dirasakan tidak secara langsung oleh saya sebagai komunikator politik.

(Sumber: http://oki-sukirman.blogspot.com/2009/03/komunikasi-politik.html)



Fungsi Komunikasi Politik



(Sumber: http://kompol.wordpress.com/2008/03/25/pengantar-komunikasi-politik/)

0 Response to "Pengertian Komunikasi Politik"

Post a Comment