Hubungan Antara Pengetahuan ASI Eksklusif Dengan Teknik Menyusui Pada Ibu Post Partum




Hasil pengolahan data dengan menggunakan uji statistik spearman rho diperoleh hasil penelitian bahwa pengetahuan ASI eksklusif dengan teknik menyusui pada Ibu post partum menunjukkan tingkat kemaknaan p = 0,003 pada tingkat a = 0,01 dengan koefisien korelasi 0,474 artinya mempunyai kekuatan hubungan yang sedang. Hipotesis (H1) diterima artinya ada hubungan siknifikan antara pengetahuan ASI eksklusif dengan teknik menyusui pada Ibu post partum dan mempunyai arah korelasi sejajar searah artinya semakin baik pengatahuan tentang ASI eksklusif, maka semakin baik teknik menyusui pada Ibu post partum.
Pada tabel 5.3 didapatkan sebagian besar dari Ibu mempunyai pengetahuan baik sebesar 25 responden (69,4%), dari pengumpulan data diperoleh tingkat pendidikan responden sebagian besar (47%) adalah SLTA sehingga tingkat pemahaman klien relatif baik. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang terhadap suatu tindakan, secara psikologias akan mendorong kesadaran orang tersebut untuk mengikuti dengan baik bahkan memiliki komitmen yang sangat tinggi untuk melakukan tindakan yang diperlukan sesuai dengan tingkat pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini relevan jika dikaikan dengan teori Notoadmodjo (2003) yang memberikan gambaran pemahaman pengetahuan pada tingkat kognitif yang merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya tindakan seseorang.
Pemahaman tentang teknik menyusui yang baik dan benar tidak selalu didorong oleh adanya pemahaman pengetahuan, ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden yang baik sebagai aspek kognitif belum dapat menggerakkan seseorang untuk dapat menerapkan teknik menyusui yang baik dan benar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian responden memberi jawaban cukup pada pertanyaan ceklis teknik menyusui. Hal ini didukung dari hasil jawaban ceklis yang diperoleh dari 36 responden didapatkan sebanyak 16 responden (44,4%) memberi jawaban cukup dalam menerapkan teknik menyusui pada bayinya.
Bila seseorang telah memahami tentang teknik menyusui yang benar, maka seseorang akan dapat mengadopsi dan mengaplikasikannya kedalam kehidupan sehari-harinya untuk menerapkan teknik menyusui yang baik dan benar. Habit / kebiasaan yang telah dilaksanakan sehari-hari akan membentuk suatu perilaku bagi individu.
Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (1993) bahwa memahami merupakan domain kognitif tingkatan yang kedua. Setelah proses memahami maka individu akan mengaplikasikan apa yang dipahaminya kemudian menganalisis, mensintesa dan mengevaluasi.
Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Roger yang dikutip dari Notoatmodjo (1993) menyatakan bahwa penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan, kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Faktor lain yang mempengaruhi penerapan teknik menyusui yang cukup baik pada penelitian ini adalah pekerjaan responden. Di dalam penelitian ini sebagian besar responden tidak bekerja sehingga lebih banyak mempunyai waktu luang dalam merawat bayinya termasuk dalam hal cara menyusui yang benar dan lama menyusui. Bagi Ibu yang bekerja di luar rumah relatif lebih sedikit mempunyai waktu untuk merawat bayinya. Frekwensi meneteki menjadi  berkurang, faktor kelelahan sehabis bekerja juga mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis ibu di dalam menerapkan teknik menyusui yang baik dan benar.
Faktor kesehatan fisik dan psikologis Ibu sangat menentukan teknik menyusui yang benar pada bayinya. Kondisi fisik Ibu yang sehat dapat membantu meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi ASI. Faktor fisik ini juga berkaitan erat dalam proses laktasi. Sedangkan faktor psikologis juga mempengaruhi teknik menyusui dalam proses Bonding dan Attachment. Jenis hormon yang sangat berkaitan dengan proses laktasi adalah hormon prolaktin dan oxytocin. Hormon prolaktin berperan di dalam produksi ASI, sedangkan hormon oxytocin berperan penting dalam pengeluaran ASI saat bayi menetek. Kondisi psikologis/emosional ibu yang tidak stabil menimbulkan keengganan ibu untuk meneteki bayinya.
Faktor makanan dan obat-obatan yang dikonsumsi Ibu sangat menentukan juga teknik menyusui. Makanan yang mengandung zat-zat gizi yang berkualitas akan menghasilkan ASI yang berkualitas pula, karena ASI sendiri dibuat dari dari zat-zat makanan yang diambil dari darah Ibu. Obat-obatan yang dikonsumsi ibu juga mempengaruhi kualitas dan kuantitas ASI.
Umur ibu juga turut mempengaruhi penerapan teknik menyusui. Umur ini berkaitan erat dengan kondisi fisik dan psikologis Ibu. Pada penelitian ini sebagian besar responden berumur antara 21-25 tahun (55%). Rentang umur tersebut merupakan umur yang cukup matang bagi Ibu baik dari segi fisik maupun segi psikologis di dalam tanggung jawab merawat seorang bayi. Dalam usia yang cukup matang dari segi fisik, seorang Ibu mampu mempunyai status kesehatan yang optimal karena dikaitkan dengan kehamilan maka rentang usia tersebut tidak termasuk dalam golongan resiko tinggi Ibu hamil sehingga relatif tidak ada komplikasi kehamilan dan persalinan pada Ibu yang berkaitan dengan proses laktasi selanjutnya. Segi psikologis usia yang sudah matang seorang ibu mampu menerima bayinya dan menyadari bahwa bayinya merupakan penerusnya yang harus dirawat dengan baik dan benar.

0 Response to "Hubungan Antara Pengetahuan ASI Eksklusif Dengan Teknik Menyusui Pada Ibu Post Partum "

Post a Comment