Thursday, February 21, 2013
Kesehatan
Hubungan Antara Pengetahuan ASI Eksklusif Dengan Teknik Menyusui Pada Ibu Post Partum
Hasil
pengolahan data dengan
menggunakan uji statistik spearman rho diperoleh hasil
penelitian bahwa pengetahuan ASI eksklusif dengan teknik menyusui pada Ibu post
partum menunjukkan tingkat kemaknaan p = 0,003 pada tingkat a = 0,01 dengan koefisien korelasi 0,474
artinya mempunyai kekuatan hubungan yang
sedang. Hipotesis (H1) diterima artinya ada hubungan siknifikan antara
pengetahuan ASI eksklusif dengan teknik
menyusui pada Ibu post partum dan mempunyai arah korelasi sejajar searah
artinya semakin baik pengatahuan tentang ASI eksklusif, maka semakin baik
teknik menyusui pada Ibu post partum.
Pada
tabel 5.3 didapatkan sebagian besar dari Ibu mempunyai pengetahuan baik sebesar
25 responden (69,4%), dari pengumpulan data diperoleh tingkat pendidikan
responden sebagian besar (47%) adalah SLTA sehingga tingkat pemahaman klien
relatif baik. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang terhadap suatu
tindakan, secara psikologias akan mendorong kesadaran orang tersebut untuk
mengikuti dengan baik bahkan memiliki komitmen yang sangat tinggi untuk
melakukan tindakan yang diperlukan sesuai dengan tingkat pengetahuan yang
dimilikinya. Hal ini relevan jika dikaikan dengan teori Notoadmodjo (2003) yang
memberikan gambaran pemahaman pengetahuan pada tingkat kognitif yang merupakan
domain yang sangat penting bagi terbentuknya tindakan seseorang.
Pemahaman
tentang teknik menyusui yang baik dan benar tidak selalu didorong oleh adanya
pemahaman pengetahuan, ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden yang
baik sebagai aspek kognitif belum dapat menggerakkan seseorang untuk dapat
menerapkan teknik menyusui yang baik dan benar. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian responden memberi jawaban cukup pada pertanyaan ceklis teknik
menyusui. Hal ini didukung dari hasil jawaban ceklis yang diperoleh dari 36
responden didapatkan sebanyak 16 responden (44,4%) memberi jawaban cukup dalam
menerapkan teknik menyusui pada bayinya.
Bila
seseorang telah memahami tentang teknik menyusui yang benar, maka seseorang
akan dapat mengadopsi dan mengaplikasikannya kedalam kehidupan sehari-harinya
untuk menerapkan teknik menyusui yang baik dan benar. Habit / kebiasaan
yang telah dilaksanakan sehari-hari akan membentuk suatu perilaku bagi
individu.
Sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (1993) bahwa memahami merupakan
domain kognitif tingkatan yang kedua. Setelah proses memahami maka individu
akan mengaplikasikan apa yang dipahaminya kemudian menganalisis, mensintesa dan
mengevaluasi.
Sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Roger yang dikutip dari Notoatmodjo (1993)
menyatakan bahwa penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku yang didasari
oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan
langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan,
kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Faktor lain yang mempengaruhi penerapan
teknik menyusui yang cukup baik pada penelitian ini adalah pekerjaan responden.
Di dalam penelitian ini sebagian besar responden tidak bekerja sehingga lebih
banyak mempunyai waktu luang dalam merawat bayinya termasuk dalam hal cara
menyusui yang benar dan lama menyusui. Bagi Ibu yang bekerja di luar rumah
relatif lebih sedikit mempunyai waktu untuk merawat bayinya. Frekwensi meneteki
menjadi berkurang, faktor kelelahan
sehabis bekerja juga mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis ibu di dalam menerapkan
teknik menyusui yang baik dan benar.
Faktor
kesehatan fisik dan psikologis Ibu sangat menentukan teknik menyusui yang benar
pada bayinya. Kondisi fisik Ibu yang sehat dapat membantu meningkatkan kualitas
dan kuantitas produksi ASI. Faktor fisik ini juga berkaitan erat dalam proses
laktasi. Sedangkan faktor psikologis juga mempengaruhi teknik menyusui dalam
proses Bonding dan Attachment. Jenis hormon yang sangat berkaitan dengan
proses laktasi adalah hormon prolaktin dan oxytocin. Hormon prolaktin berperan
di dalam produksi ASI, sedangkan hormon oxytocin berperan penting dalam
pengeluaran ASI saat bayi menetek. Kondisi psikologis/emosional ibu yang tidak
stabil menimbulkan keengganan ibu untuk meneteki bayinya.
Faktor makanan dan obat-obatan yang dikonsumsi Ibu sangat menentukan juga
teknik menyusui. Makanan yang mengandung zat-zat gizi yang berkualitas akan
menghasilkan ASI yang berkualitas pula, karena ASI sendiri dibuat dari dari
zat-zat makanan yang diambil dari darah Ibu. Obat-obatan yang dikonsumsi ibu
juga mempengaruhi kualitas dan kuantitas ASI.
Umur ibu juga turut mempengaruhi penerapan teknik menyusui. Umur ini
berkaitan erat dengan kondisi fisik dan psikologis Ibu. Pada penelitian ini sebagian
besar responden berumur antara 21-25 tahun (55%). Rentang umur tersebut
merupakan umur yang cukup matang bagi Ibu baik dari segi fisik maupun segi
psikologis di dalam tanggung jawab merawat seorang bayi. Dalam usia yang cukup
matang dari segi fisik, seorang Ibu mampu mempunyai status kesehatan yang optimal
karena dikaitkan dengan kehamilan maka rentang usia tersebut tidak termasuk
dalam golongan resiko tinggi Ibu hamil sehingga relatif tidak ada komplikasi
kehamilan dan persalinan pada Ibu yang berkaitan dengan proses laktasi
selanjutnya. Segi psikologis usia yang sudah matang seorang ibu mampu menerima
bayinya dan menyadari bahwa bayinya merupakan penerusnya yang harus dirawat
dengan baik dan benar.
0 Response to "Hubungan Antara Pengetahuan ASI Eksklusif Dengan Teknik Menyusui Pada Ibu Post Partum "
Post a Comment