APA ITU ENDOMETRIOSIS

ENDOMETRIOSIS
dr. Nusratuddin, dr. John Rambulangi, SpOG

BATASAN
Endometriosis didefenisikan sebagai ditemukannya jaringan endometrium diluar cavum uteri yang memberikan respons secara parsial terhadap perubahan estrogen dan progesteron yang dihasilkan oleh ovarium (1).

ETIOPATOGENESIS

Etiologi  maupun  patogenesis endometriosis belum diketahui dengan jelas. Beberapa teori tentang etiopatogenesis yang dikemukakan antara lain (2,3,4):
·         Teori menstruasi retrograde
·         Teori implantasi
·         Teori sisa embrional
·         Teori metaplasia selomik
·         Teori penyebaran hematogen
·         Teori hormonal
·         Teori imuonologik

LOKALISASI

Berdasarkan lokasi tempat maka endometriosis dibagi atas (1,2,3):
·         Endometriosis interna (adenomiosis)
·         Endometriosis Tuba
·         Endometriosis ovarium
·         Endometriosis Vagina
·         Endometriosis retro servikalis (kavum Douglasi)
·         Endometriosis Ekstra vaginalis (usus, vesika urinaria, paru-paru, umbilikalis)

GAMBARAN KLINIK
Gejala maupun tanda yang disebabkan oleh endometriosis sangat bervariasi tergantung lokasi endometriosis (1,2,3). Juga beratnya gejala kadang tidak sesuai dengan beratnya atau tingkatan endometriosis yang diderita oleh pasien , bahkan beberapa  wanita tanpa diseratai gejala (5).

Keluhan yang sering ditemukan adalah dismenore dan infertilitas:

Dismenore

Dismenore atau nyeri haid dijumpai pada sekitar 85% wanita yang menderita endometriosis. Jenis nyeri tergantung lokalisasi endometriosis sebagai berikut (6,7):
·         Endometriosis di peritoneum: rasa nyeri baisanya dirasakan di perut bagian bawah dapat terjadi sebelum atau saat haid.
·         Endometriosis di vagina atau kavum Douglas: rasa nyeri saat coitus atau saat pemeriksaan ginekologi
·         Endometriosis pada rongga pelvik: nyeri terasa diseluruh perut kadang terasa seperti melilit.
·         Endometriosis di ovarium: Jarang menimbulkan rasa nyeri dan biasanya ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan infertilitas dengan USG. Ruptur kista endometriosis pada ovarium bisa menyebabkan  suatu  abdomen akut.
·         Endometriosis di usus: nyeri saat defekasi dan kadang-kadang ditemukan feses campur darah, juga bisa menyebabkan obstruksi parsial  pada usus besar.
·         Endometriosis di veksia urinaria: nyeri supra pubik saat berkemih yang bercampur darah.
·         Endometriosis di paru: nyeri didada, sesak dan batuk darah.
·         Endometriosis di otak: nyeri kepala  yang hebat
·         Endometriosis di umbilikus: nyeri daerah umbilikus terutama saat haid.

Infertilitas

Insidens endometriosis pada wanita pasangan infertil cukup tinggi berkisar 20-50%, dan sekitar 70-80% wanita dengan infertilitas yang tak diketahui sebabnya menderita endometriosis (1). Hubungan antara endometriosis ringan sampai sedang belum begitu jelas. Namun endometriosis berat disertai perlengketan dan distorsi anatomik pada organ genital akan jelas menyebabkan infertilitas (8).

KLASIFIKASI
Klasifikasi penting artinya untuk menetapkan cara pengobatan yang tepat atau untuk evaluasi hasil pengobatan. Beberapa jenis klasifikasi endometriosis yang telah diusulkan namun yang banyak digunakan adalah yang diusulkan oleh  American Fertulity Society (AFS) (Tabel 1) (9,12).

DIAGNOSIS

Diagnosis endometriosis dapat ditegakkan berdasarkan (1,6):
1.      Anamnesis
Persangkaan endometriosis  dipikirkan jika didapatkan adanya keluhan nyeri haid yang disertai atau tidak dengan infertilitas.
2.      Pemeriksaan dalam vagina atau rektal
Didapatkan adanya nodul-nodul pada daerah kavum Douglasi dan daerah ligamentum sakrouterina yang nyeri. Bisa teraba adanya kista endometriosis pada adneksa.
3.      USG
Pada pemeriksaan USG bisa didapatkan adanya massa kistik pada adneksa atau untuk melihat bercak endometriosis dalam miometrium (adenomiosis).
4.      Laparoskopi
Pemeriksaan laparoskopi merupakan pemeriksaan yang utama untuk menentukan diagnosis pasti endometriosis pada rongga pelvik. Dengan laparoskopi akan nampak semua lesi-lesi endometritik termasuk lesi yang minimal.

PENANGANAN

Tujuan utama pengobatan endometriosis adalah untuk mencegah/mengurangi nyeri, mencegah progressifitas penyakit, dan pemulihan kesuburan (6,7,10,11,12,13,15).
1.      Pengobatan Medis
Pengobatan medis terdiri dari obat-obat hormonal dan analgetik. Pemberian obat hormonal biasanya pada  endometriosis ringan. Jenis sediaan hormonal yang tersedia adalah:
·         Pil KB (pil kombinasi) selama 6-12 bulan.
·         Tablet MPA 50-100mg/hari selama 6-12 bulan.
·         Danazol 200mg-800mg/hari selama 6-9 bulan.
·         GnRh analog (Lupron Depot) 3,75mg/bulan selama 6 bulan.
Pada endometriosis ringan dengan keluhan nyeri dan belum ingin anak, maka bisa diberikan obat analgetik seperti anti inflamasi non steroid atau anti prostaglandin.
2.      Pengobatan Bedah
Pada endometriosis derajat berat dan luas maka pembedahan merupakan pilihan utama.
Bebeapa jenis pembedahan dibawah ini:
·         Laparoskopi:   ·     Reseksi
·         Ablasi
·         Koagulasi
·         Laparotomi untuk mengangkat kista endometriosis.
Pengobatan bedah dengan mempertahankan fungsi reproduksi  disebut bedah konservatif. Jika bedah konservatif ataupun pengobatan hormonal gagal  sedangkan fungsi reproduksi tak diinginkan lagi maka dilakukan bedah definitif seperti histerektomi total dan salpingoooforektomi bilateral.


  1. Kombinasi Pengobatan Medis dan Bedah
Terapi kombinasi dilakukan untuk mencegah residif, yaitu dengan meminimalkan lesi dengan laparoskopi operatif kemudian dilanjutkan dengan pengobatan hormonal untuk lesi yang tidak             terjangkau dengan laparoskopi.

Pada  endometriosis rekuren, penatalaksanaanya tergantung ada tidaknya faktor infertilitas (15)(bagan):
                                   
                                                ENDOMETRIOSIS REKUREN




                        INFERTIL                                                      NYERI
                                                                                   

                                                                                            ANALGETIK


                       
BEDAH                      TERAPI                      TERAPI                      OPERASI
KONSERVATIF        HORMONAL                        HORMONAL                        DEFINITIF




TEHNOLOGI REKAYASA REPRODUKSI



PROGNOSIS
Harus ditekankan bahwa pengobatan endometriosis hanya bersifat mengurangi keluhan dan tidak menghilangkan penyakit(13). Angka rekurensi endometriosis dilaporkan cukup tinggi yaitu mencapai 29-51% setelah pengobatan hormonal  dan 7-47% setelah bedah konservatif (15). Pada  endometriosis dengan infertilitas tanpa perlengketan dan kelainan anatomik, maka tingkat kehamilan spontan sangat baik. Demikian juga  endometriosis sedang maupun berat paska pengobatan hormonal/ bedah,  tingkat kehamilan cukup tinggi (12).

KEPUSTAKAAN :
1.      Halme J. Endometriosis and infertility. In: Infertility a practical guide for the physician. 3 rd edition. Cambridge: Blackwell scientific publications; 1992: 136-150
2.      Markham SM. Extrapelvic endometriosis. In: Thomas EJ, Rock JA, eds. Modern approach to endometriosis. Dordrecht: Kluwer academic publisher; 1991: 151-165
3.      Goldstein DP. In: Weiss G, ed. Endometriosis: Nature and recognation. Proceeding of the endometriosis symposium, 1985: 5-28
4.      Donnez J,Nisolle M,Casanas-Roux F. In: Shaw RW, ed. Endometriosis: Pathogenesis and pathophysiology .Carnforth: The parthenon publishing group; 1990: 11-29
5.      WardlePG, Hull MGR. Is endometriosis a disease?.  Baillere’s Clin Obstet Gynecol, 1993: 4:673-698
6.      Baziad A, Kadarusman Y,Affandi B. Panduan penanganan endometriosis (Draft). Pokja endokrinologi reproduksi PB POGI. Jakarta, 1997
7.      Way LW. Gynecology. Current surgical diagnosis and treatment. 10 th edition. London: A lange medical boo; 1994: 985-988
8.      Bayer SR, Seibel MM. In: Seibel MM, ed.  Infertility: A comprehensive text. London; Appleton and Lange, 1990: 111-128
9.      Canis M, Wattiez A, Pouly JL. Classification of endometriosis. Baillere’s Clin Obstet Gynecol, 1993;4:759-774
10.  Wingfield M and Healy DL. Endometriosis: Medical therapy. Baillere’s Clin Obstet Gynecol, 1993;4:813-838
11.  Magos A. Endometriosis: Radical surgery. Baillere’s Clin Obstet Gynecol, 1993;4:849-63
12.  Baziad A, Jacob TZ,Basalamah. Dalam: Baziad A, Jacob TZ,Surjana EJ, eds.   Endokrinologi reproduksi.   Jakarta: KSERI; 1991: 118-137
13.  Speroff L, Glass H, Kase NG. Endometriosis. In: Clinical gynecologic endocrinology and infertility. 5 th edition. Baltimore: Williams & Wilkins; 1994: 853-872
14.  Muse K, Wilson EA. Endometriosis. In: Pernoll ML, Benson RC, eds. Current obstetric & gynecologic diagnosis & treatment. Norwalk : Appleton & Lange; 1987: 742-750
15.  Darmasetiawan MS. Pengaruh endometriosis pada fertilitas wanita dan rasionalisasi penanganannya. Pelatihan standarisasi penatalaksanaan infertilitas wanita dan pria. Fakultas kedokteran universitas airlangga. Surabaya, 1997 

   

0 Response to "APA ITU ENDOMETRIOSIS"

Post a Comment