Sunday, March 3, 2013
Artikel
Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial
merupakan konfigurasi atau pemilahan struktur sosial menggunakan parameter
graduated/berjenjang. Hasilnya adalah dalam masyarakat terdapat kelas-kelas
sosial. Kriteria yang digunakan dapat berupa kriteria (1) sosial, (2) ekonomi,
dan (3) politik. Kriteria sosial meliputi: pendidikan, profesi atau pekerjaan,
dan keturunan atau keanggotaan dalam kasta dan kebangsawanan. Kriteria ekonomi
meliputi pendapatan/penghasilan dan pemilikan/kekayaan. Kriteria politik
meliputi kekuasaan.
Stratifikasi sosial
berdasarkan kriteria sosial
Menurut Weber, para
anggota masyarakat dapat dipilah secara vertikal berdasarkan atas ukuran-ukuran
kehormatan, sehingga ada orang-orang yang dihormati dan disegani dan
orang-orang yang dianggap biasa-biasa saja, atau orang kebanyakan, atau bahkan
orang-orang yang dianggap hina. Orang-orang yang dihormati atau disegani pada
umumnya adalah mereka yang memiliki jabatan atau profesi tertentu, keturunan bangsawan atau orang-orang terhormat,
atau berpendidikan tinggi. Ukuran-ukuran penempatan anggota masyarakat dalam
stratifikasi sosial yang dapat dikategorikan sebagai kriteria sosial antara
lain, (1) profesi, (2) pekerjaan, (3)
tingkat pendidikan, (4) keturunan, dan (5) kasta.
1. Profesi Yang dimaksud profesi adalah pekerjaan-pekerjaan
yang untuk dapat melaksanakannya memerlukan keahlian, misalnya dokter, guru,
wartawan, seniman, pengacara, jaksa, hakim, dan sebagainya. Orang-orang yang menyandang profesi-profesi
tersebut disebut kelas profesional. Di samping kelas profesional, dalam
masyarakat terdapat juga kelas-kelas
tenaga terampil dan tidak terampil, yang pada umumnya ditempatkan pada
posisi yang lebih rendah dalam stratifikasi sosial masyarakat.
2. Pekerjaan. Berdasarkan tingkat prestise atau gengsinya,
pekerjaan-pekerjaan dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi: (1) pekerjaan
kerah putih (white collar), dan (2) pekerjaan kerah biru (blue collar). Pekerjaan kerah putih merupakan
pekerjaan-pekerjaan yang lebih menuntut penggunaan pikiran atau daya
intelektual, sedangkan pekerjaan-pekerjaan kerah biru lebih menuntut penggunaan
energi atau kekuatan fisik. Pada umumnya anggota masyarakat lebih memberikan
penghargaan atau gengsi yang lebih tinggi pada pekerjaan-pekerjaan kerah putih.
Walaupun, tidak selalu bahwa pekerjaan kerah putih memberikan dampak ekonomi
atau finansial yang lebih besar daripada pekerjaan kerah biru
. 3. Pendidikan Pada zaman sekarang ini pendidikan sudah
dianggap sebagai kebutuhan yang harus dipenuhi oleh sebagian besar anggota
masyarakat. Orang-orang yang berpendidikan tinggi akan menempati posisi dalam
stratifikasi sosial yang lebih tinggi. Sehingga tamatan S-3 dipandang lebih tinggi kedudukannya
daripada tamatan S2, S1, SMA/SMK, SMP,
SD, dan mereka yang tidak pernah
sekolah.
4. Keturunan Keturunan
raja atau bangsawan dalam masyarakat dipandang memiliki kedudukan yang tinggi.
Bahkan, pada masyarakat feodal, hampir tidak ada pengakuan terhadap
simbol-simbol yang berasal dari luar istana, termasuk tata kota, arsitektur,
pemilihan hari-hari penting, pakaian, seni, dan sebagainya. Penempatan orang
dalam posisi-posisi penting dalam masyarakat akan selalu mempertimbangkan
faktor keturunan, dan keaslian keturunan dipandang sangat penting.
5. Kasta Kasta
merupakan pemilahan anggota masyarakat yang dikenal pada masyarakat Hinduisme.
Masyarakat dipilah menjadi kasta-kasta, seperti: Brahmana, Ksatria, Weisyia, dan Sudra.
Kemudian ada orang-orang yang karena tindakannya dihukum dikeluarkan dari
kasta, digolongkan menjadi paria. Sebagian besar orang menganggap pemilahan
dalam kasta bersifat graduated atau berjenjang, mengingat orang-orang yang
berasal dari kasta yang berbeda akan memiliki gengsi (prestige) dan hak-hak
istimewa (privelege) yang berbeda. Namun, tokoh-tokoh Hinduisme menyatakan
bahwa kasta bukanlah pemilahan vertikal, melainkan hanyalah merupakan catur
warna.
0 Response to "Stratifikasi Sosial"
Post a Comment