Thursday, June 20, 2013
Kesehatan
TENTANG BISING JANTUNG
» Bising Jantung
o Terjadi akibat arus darah turbulen melalui jalan sempit/ jalan abnormal
o Pada setiap bising jantung harus diperinci :
1. Fase bising
Berdasar tempatnya pada siklus jantung ditentukan:
a. bising sistolik : terdengar antara bunyi jantung I dan bunyi jantung II
b. bising diastolik : terdengar antara bunyi jantung II dan bunyi jantung I
Penentuan bunyi jantung I dan bunyi jantung II secara akurat : suatu sine qua non (gb.24)
2. Kontur/ bentuk bising
a. Bising sistolik
º Bising holosistolik (pansistolik) ó mulai bersamaan bunyi jantung I à terdengar sepanjang fase sistolik à berhenti bersamaan bunyi jantung II :
i. Defek septum ventrikel
ii. Insufisiensi mitral
iii. Insufisiensi trikuspidal
º Bising sistolik dini : mulai bersamaan bunyi jantung I, dekresendo dan berhenti sebelum bunyi jantung II : defek septum ventrikel, kecil
º Bising ejeksi sistolik ó mulai setelah bunyi jantung I kresendo – dekresendo, berhenti sebelum bunyi jantung II ; terdapat pada :
« Bising inosen
« Bising fungsional
« Stenosis pulmonal
« Stenosis aorta
« Defek septum atrium
« Tetralogi Fallot
º Bising sistolik akhir ó mulai setelah pertengahan fase sistolik, kresendo, berhenti bersamaan dengan bunyi jantung II :
« Insufisiensi mitral kecil
« Prolaps katup mitral
b. Bising diastolik
º Bising diastolik dini ó mulai bersamaan bunyi jantung II, dekresendo, berhenti sebelum bunyi jantung I:
« Insufisiensi aorta
« Insufisiensi pulmonal
º Bising middiastolik (diastolik flow murmur) ó akibat aliran darah berlebih (stenosis relatif katup mitral/ trikuspid)
« Defek septum ventrikel besar
« Ductus arteriosus persisten besar
« Defek septum atrium besar
« Insufisiensi mitral/ trikuspidal berat
º Bising diastolik akhir/ bising presistolik ó mulai pertengahan fase diastolik, kresendo, berakhir pada bunyi jantung I :
« Stenosis mitral organik
c. Bising diastolik dan sistolik
º Bising kontinu ó mulai setelah bunyi jantung I, kresendo, capai puncak pada bunyi jantung II, dekresendo – berhenti sebelum bunyi jantung I berikut :
« Ductus arteriosus persisten
« Fistula arteri - vena
º Bising to and fro ó kombinasi bising ejeksi sistolik dan diastolik dini, pada:
« Stenosis aorta + insuf aorta, stenosis pulm + insuf pulm
3. Derajat bising
Intensitas bising dinyatakan dalam 6 (enam) derajat : (Gb. 24)
§ Derajat 1/6 : sangat lemah (hanya oleh yang berpengalaman)
§ Derajat 2/6 : lemah tapi mudah terdengar – penjalaran minimal
§ Derajat 3/6 : keras, tapi tak disertai getaran bising – penjalaran sedang
§ Derajat 4/6 : disertai getaran bising – penjalaran luas
§ Derajat 5/6 : sangat keras – terdengar bila stetoskop ditempelkan sebag saja pd dinding dada – penjalaran luas
§ Derajat 6/6 : terdengar meskipun stetoskop diangkat dari dinding dada – penjalaran sangat luas
4. Pungtum maksimum bising (yg paling keras)
Tempat terdengar yang paling keras :
o Bising mitral di apeks
o Bising trikuspid di parasternal kiri bawah
o Bising pulmonal di sela iga ke-2 tepi kiri sternum
o Bising aorta di sela iga ke 2 tepi kanan atau kiri sternum
5. Penjalaran bising
Arah bising paling baik dijalarkan:
o Bising mitral ke lateral/ aksila
o Bising pulmonal ke sepanjang tepi kiri sternum
o Bising aorta ke apeks dan daerah karotis
6. Kualitas bising
º Dapat terdengar spt meniup (blowing) spt defek dan insuf mitral
º Dapat “rumbling” spt pada stenosis mitral
7. Perubahan intensitas bising dengan perubahan posisi dan respirasi
ø Bising mitral mengeras : pada miring ke kiri
ø Bising pulmonal dan aorta mengeras : pada menunduk
ø Bising jantung kanan mengeras pada inspirasi
Ikhtisar penemuan auskultasi pada beberapa kelainan jantung
BISING INOSEN
ø Bising inosen adalah bising yang tidak disebabkan kelainan organik atau kelainan struktural jantung
ø Sering pada anak normal ( > 75%)
ø Dibedakan dari bising fungsional, yaitu bising akibat hiperaktivitas fungsi jantung :
o Anemia
o tireotoksikosis
ø Karakteristik bising inosen :
1. Berupa bising ejeksi sistolik
2. derajat 3/6 atau kurang (tanpa getaran bising)
3. penjalaran terbatas
4. intensitas berubah dengan perubahan posisi: lbh jelas saat terlentang – menghilang saat duduk
5. Tidak ada kelainan struktural jantung
ø Yang sering ditemui pada anak dengan kelainan jantung:
1. bising inosen
2. PDA
3. Stenosis aorta
DEFEK SEPTUM ATRIUM (Gb. 25)
ø Bunyi jantung normal atau mengeras bila defek besar
ø Bunyi jantung II terpecah lebar dan menetap (wide and fixed split)
ø Waktu ejeksi ventrikel kanan memanjang (ok pirau dari atrium kiri ke atrium kanan) à bunyi jantung II terpecah lebar – pada pernapasan tidak ada perubahan
ø Beban volume ventrikel kanan à stenosis pulmonalis relatif : à bising ejeksi sistolik di tepi kiri sternum sela iga 2 (derajat 3/6)
DEFEK SEPTUM VENTRIKEL (Gb. 26)
ø Defek septum ventrikel tanpa komplikasi bunyi jantung I dan II normal. Bunyi jantung III terdengar keras bila ada dilatasi ventrikel
ø Bising yang khas : bising pansistolik di sela iga ke 3 & 4 tepi kiri sternum à menjalar ke tepi kiri sternum
ø Makin kecil defek bising makin keras
ø Sifat bising meniup, nada tinggi derajat 3/6 – 6/6
ø Pada defek besar dapat ada : bising middiastolik di apeks (ok stenosis mitral relatif)
Pada bayi baru lahir dengan defek septum ventrikel tidak terdengar bising ok resistansi vaskuler paru tinggi à terdengar pada umur 2 – 6 minggu
DUKTUS ARTERIOSUS PERSISTEN (Gb. 27)
ø Pirau dari aorta ke a.pulmonalis à terjadi bising kontinu di sela iga ke 2 tepi kiri sternum à menjalar ke infraklavikula, karotis dan punggung
ø Bunyi jantung I dan Bunyi jantung II normal
ø Bunyi jantung II sulit diidentifikasikan karena tertutup puncak bising
ø Pada BBL : hanya terdengar bising sistolik
ø Bising middiastolik di apeks dpt terdengar (pirau kiri ke kanan besar)
STENOSIS PULMONAL (gb. 28)
ø Bunyi jantung I normal, bunyi jantung II terpecah agak lebar dan lemah
ø Pada sten berat bunyi jantung II terdengar tunggal krn P2 tidak terdengar
ø Bising ejeksi sistolik terdengar di sela iga ke 2 tepi kiri sternum
ø Makin berat stenosis P2 makin lemah dan bising makin panjang (dapat menempati seluruh fase sistolik)
TETRALOGI FALLOT (gb. 29)
ø Karakteristik bunyi dan bising jantung mirip dengan stenosis pulmonal
ø Dapat terdengar klik sistolik (akibat dilatasi aorta)
STENOSIS AORTA (gb. 30)
ø Terjadi reversed splitting : P2 mendahului A2 – lebih jelas terdengar pada ekspirasi
ø Terdengar bising ejeksi sistolik di sela iga ke-2 tepi kanan atau tepi kiri sternum à menjalar ke apeks dan karotis (disertai getaran)
ø Pada stenosis valvular ada klik mendahului bising
INSUFISIENSI PULMONAL (gb. 31)
ø Bising diastolik dini
Di sela iga ke-2 tepi kiri sternum (regurgitasi darah dr a.pulmonalis ke ventrikel kanan pd diastole)
ø Bila bising diastolik dini pada insuf pulmonal menyertai hipertensi pulmonal disebut Graham – Steele
ø Bunyi jantung II mengeras
INSUFISIENSI AORTA (gb. 32)
ø Karakteristik bising: mirip pada insuf pulm
ø Nada kadang-kadang sangat tinggi à membran stetoskop harus ditekan keras
INSUFISIENSI MITRAL (gb. 33)
ø Merupakan gejala sisa penyakit jantung rematik
ø Insuf ringan, bunyi jantung I normal
ø Insuf berat, bunyi jantung I melemah
ø Bising karakter : pansistolik meniup – paling keras di apeks à ke aksila – mengeras bila miring ke kiri
ø Derajat 3/6 – 6/6
ø Pada yang berat; bising mid-diastolik di apeks nada rendah
ø Pada valvulitis mitral reumatik akut : bising pansistolik dan middiastolik di apeks (bising Carry – Coombs)
STENOSIS MITRAL (gb. 34)
ø Bunyi jantung I sangat mengeras
ø Bunyi jantung II dapat normal/ terpecah sempit
ø P2 keras bila ada hipertensi pulmonal
ø Bising khas : middiastolik – aksentuasi pre sistolik – nada renda – rumbling (spt guntur) – di apeks
PROLAPS KATUP MITRAL (gb. 35)
ø Bunyi jantung normal
ø Bising yang terdengar sistolik akhir (spt pd insuf mitral ringan)
ø Didahului klik sistolik
ø Sering hanya klik tanpa bising
ø Sering pada wanita usia remaja/ dewasa muda
======================== kepala =======================
Lingkaran kepala : periksa rutin sampai umur 2 tahun
(glabela dahi – atas alis mata – protuberans oksipitalis : diameter oksipita frontal terbesar)
Makrosefali (diameter > N)
Hidrosefalus (produksi > ; abs <
- H.komunikans
- H.nonkomunikans : sumbatan
Mikrosefali (diameter < N) : ada retardasi motor dan mental (disgenesis/ hipoplasi otak, rubella, toxoplasma, CMV, sy down – disgenesis/ hipoplastik otak, kraniostenosis)
Kontrol kepala
· BBL – 1 bulan : telentang – kepala dilepas à jatuh ke belakang – didudukkan – kepala jatuh ke depan
· Akhir bulan 2 : tengkurap à kepala diangkat sebentar
· Bulan 3 – bulan 5 : posisi duduk kepala tegak
Kraniotabes
· Tekan tengkorak di belakang/ di atas telinga cukup keras à teraba spt menekan bola pingpong (normal sampai 6 bulan ; abnormal ó rakitis, sifilis, hidrosefalus)
· Cracked – pot sign : ketok dg jari pd tulang tengkorak, spt pot retak
Selama ubun-ubun besar terbuka normal;
Ubun-ubun menutup – abnormal - TIK meningkat)
Rambut dan kulit kepala
· Warna, kelebatan, distribusi pertumbuhan rambut
Pasien KKP : merah jagung, kering dan mudah dicabut)
· Kulit: hemangioma dan lesi lain
Ubun-ubun
· Ubun-ubun besar – diameter transversal 2,5 – 4 cm
Menutup umur :
6 bulan – 3%
9 bulan – 13%
1 tahun – 40%
19 bulan – 90%
· Ubun-ubun kecil teraba sampai 4 – 8 minggu (tdpt pd lobus occipital)
· Ubun-ubun besar menutup:
Lambat : rakitis, hidrosefalus, hipotiroid, rubella kongenital
Cepat : pada kraniosinostosis, osteopetrosis
· Keadaan Normal : ubun-ubun besar rata/ sedikit cekung
Menonjol : T.I.K meningkat (Tumor IK, meningitis, perdarahan IV)
Cekung : dehidrasi, malnutrisi
Wajah
· Asimetri wajah :
Posisi intra uterina
Paralisis fasial
· Pembengkakan lokal
Edema, radang lokal, infeksi kelenjar (parotitis)
Penyakit Caffey (hiperostosis kortikal infantil) – pd BBL, mandibula ka – ki bengkak --> hilang sendiri atau dg corticosteroid
Thrombosis sinus kavernosus – oedema luas dan sakit kepala
Sindroma Down (wajah dismorfik) – jarak kedua alis mata agak jauh, hidung ke dalam sedikit
Sindroma Pierre – Robin (wajah dismorfik)
Hipertelorisme : jarak antara kedua pupil membesar (normal: 3,5 – 5,5 cm)
Mata
· Visus (ketajaman penglihatan)
Neonatus bereaksi thd cahaya (dg senter terjadi perubahan gerak dari muka; umur 1 bulan)
Umur 2 bulan : dpt mengikuti gerakan jari
Umur 6 bulan : memfokus pandangan thdp obyek tertentu
Anak yang lebih besar diuji dengan gambar/ tulisan
· Palpebra
Ptosis (palpebra tidak dpt terbuka)
§ Lesi N.oculomotor
§ Syndroma Horner (Ptosis + Miosis)
§ Miastenia gravis
§ Ensefalitis
Lagofthalmus
Kelopak tidak dapat menutup sempurna:
(kornea tidak tertutup à lesi) à ulkus
Pasien koma : pseudo lagofthalmus
Hemangioma (bisa menghilang sendiri)
Hordeolum (infeksi, diberi antibiotik tp tidak pd kulitnya, spt bisul kecil, bila merambar ke dalam mata maka diberi obat mata)
Edema
· Alis
Kanan dan kiri bertemu di tengah: syndroma Waardenburg
· Bulu mata
Panjang lentik: normal, malnutrisi, penyakit kronik
· Duktus nasolakrimalis
Hubungan mata dan hidung. Cairan yg membasahi mata akan ke hidung dan menguap bersama napas. Jadi tidak akan keluar air mata klo tidak nangis
Bila sampai umur 6 bulan masih belum terbuka (air mata keluar) à dokter mata
Epiphora
§ Penutupan ductus nasolacrimalis
§ Produksi air mata berlebih
§ Bisa ok radang, ulkus kornea, benda asing, alergi
· Mata kering : dehidrasi, defisiensi vit A
· Konjungtiva
Perdarahan subkonjungtiva: diatesis haemorrhagic, trauma, pertusis, dll
Konjungtivitis : dg sekret cair, mukopurulent, purulent
Ophthalmia neonatorum, GO, dll
Defisiensi vit A:
1. Hemeralopi/ rabun senja
2. Xerosis konjungtiva (kering à bercak BITOT) – ada garis putih yg berdiri pd konjungtiva lateral/ medial
3. Xerosis kornea – masuknya infeksi
4. Keratomalasi → ulserasi – perforasi
Lunaknya kornea → menutup sinar yg masuk → buta → harus diganti kornea.
Pterigium : lipatan membran konjungtiva (reaksi thdp debu, matahari, angin)
· Sklera
Normal : putih
Pada bayi kebiruan
Bayi ikterus → dg blue light → bisa sembuh
Kasi luminal → angkat bilirubin shg tidak tjd kuning
Kasi enzim dlm hepar (krn BBL fungsi hepar blum kerja sempurna) → kasi blue light →bilirubinnya lgsg masuk ke usus → tidak kuning bayinya (tidak lewat hepar)
Jelas biru (blue sclerae) : osteogenesis imperfecta, glaucoma, synd.Marfan
Sering ada nevus, ikterus mudah dilihat pada sklera
· Kornea
Jernih
Perhatian : keratitis, ulkus, dsb
· Pupil
Normal:
§ Bulat simetris
§ Diameter 3 – 4 mm, tidak midriasis ataupun miosis
§ Reflex cahaya + (cahaya dari lateral konsensual/ langsung)
Midriasis (dilatasi)
Buta, keracunan (barbiturat, atropin), koma, acidosis, TIK meningkat
Miosis (kecil): syndroma Horner, kerac opi, lesi otak
Katarak : putih → biasa pada ortu, suatu kelanjutan usia, bila tidak diambil → buta. Anak-anak → suatu penyakit
Albinisme : merah
· Lensa
Normal : jernih
Bila keruh : katarak (kongenital – toxopl, rubela, herpes simplex, dll)
· Bola mata
Eksoftalmos (menonjol keluar) : hipertiroid, glaukoma, tumor retrobulbar, abses orbita
Enoftalmos (kecil/ dalam) : dehidrasi berat, malnutrisi, sindrom horner
Sun-set Sign (iris di bawah palpebra inferior) : hidrosefalus, TIK meningkat, kern icterus
Strabismus (juling) : masih normal 3 – 6 bulan (1½ thn), sebentar – hilang
Nistagmus (gerak bola mata ritmik) : cepat – horizontal – vertikal – berputar / campuran
Doll’s eye phenomenone : refleks okulosefalik (koma); BBL sampai 10 hari masih normal
0 Response to "TENTANG BISING JANTUNG"
Post a Comment