TENTANG BISING JANTUNG

» Bising Jantung 

o Terjadi akibat arus darah turbulen melalui jalan sempit/ jalan abnormal 

o Pada setiap bising jantung harus diperinci : 

1. Fase bising 

Berdasar tempatnya pada siklus jantung ditentukan: 

a. bising sistolik : terdengar antara bunyi jantung I dan bunyi jantung II 

b. bising diastolik : terdengar antara bunyi jantung II dan bunyi jantung I 

Penentuan bunyi jantung I dan bunyi jantung II secara akurat : suatu sine qua non (gb.24) 

2. Kontur/ bentuk bising 

a. Bising sistolik 

º Bising holosistolik (pansistolik) ó mulai bersamaan bunyi jantung I à terdengar sepanjang fase sistolik à berhenti bersamaan bunyi jantung II : 

i. Defek septum ventrikel 

ii. Insufisiensi mitral 

iii. Insufisiensi trikuspidal 

º Bising sistolik dini : mulai bersamaan bunyi jantung I, dekresendo dan berhenti sebelum bunyi jantung II : defek septum ventrikel, kecil 

º Bising ejeksi sistolik ó mulai setelah bunyi jantung I kresendo – dekresendo, berhenti sebelum bunyi jantung II ; terdapat pada : 

« Bising inosen 

« Bising fungsional 

« Stenosis pulmonal 

« Stenosis aorta 

« Defek septum atrium 

« Tetralogi Fallot 

º Bising sistolik akhir ó mulai setelah pertengahan fase sistolik, kresendo, berhenti bersamaan dengan bunyi jantung II : 





« Insufisiensi mitral kecil 

« Prolaps katup mitral 





b. Bising diastolik 

º Bising diastolik dini ó mulai bersamaan bunyi jantung II, dekresendo, berhenti sebelum bunyi jantung I: 

« Insufisiensi aorta 

« Insufisiensi pulmonal 

º Bising middiastolik (diastolik flow murmur) ó akibat aliran darah berlebih (stenosis relatif katup mitral/ trikuspid) 

« Defek septum ventrikel besar 

« Ductus arteriosus persisten besar 

« Defek septum atrium besar 

« Insufisiensi mitral/ trikuspidal berat 

º Bising diastolik akhir/ bising presistolik ó mulai pertengahan fase diastolik, kresendo, berakhir pada bunyi jantung I : 

« Stenosis mitral organik 

c. Bising diastolik dan sistolik 

º Bising kontinu ó mulai setelah bunyi jantung I, kresendo, capai puncak pada bunyi jantung II, dekresendo – berhenti sebelum bunyi jantung I berikut : 

« Ductus arteriosus persisten 

« Fistula arteri - vena 

º Bising to and fro ó kombinasi bising ejeksi sistolik dan diastolik dini, pada: 

« Stenosis aorta + insuf aorta, stenosis pulm + insuf pulm 

3. Derajat bising 

• Intensitas bising dinyatakan dalam 6 (enam) derajat : (Gb. 24) 

§ Derajat 1/6 : sangat lemah (hanya oleh yang berpengalaman) 

§ Derajat 2/6 : lemah tapi mudah terdengar – penjalaran minimal 

§ Derajat 3/6 : keras, tapi tak disertai getaran bising – penjalaran sedang 

§ Derajat 4/6 : disertai getaran bising – penjalaran luas 

§ Derajat 5/6 : sangat keras – terdengar bila stetoskop ditempelkan sebag saja pd dinding dada – penjalaran luas 

§ Derajat 6/6 : terdengar meskipun stetoskop diangkat dari dinding dada – penjalaran sangat luas 

4. Pungtum maksimum bising (yg paling keras) 

Tempat terdengar yang paling keras : 

o Bising mitral di apeks 

o Bising trikuspid di parasternal kiri bawah 

o Bising pulmonal di sela iga ke-2 tepi kiri sternum 

o Bising aorta di sela iga ke 2 tepi kanan atau kiri sternum 

5. Penjalaran bising 

Arah bising paling baik dijalarkan: 

o Bising mitral ke lateral/ aksila 

o Bising pulmonal ke sepanjang tepi kiri sternum 

o Bising aorta ke apeks dan daerah karotis 

6. Kualitas bising 

º Dapat terdengar spt meniup (blowing) spt defek dan insuf mitral 

º Dapat “rumbling” spt pada stenosis mitral 

7. Perubahan intensitas bising dengan perubahan posisi dan respirasi 

ø Bising mitral mengeras : pada miring ke kiri 

ø Bising pulmonal dan aorta mengeras : pada menunduk 

ø Bising jantung kanan mengeras pada inspirasi 



Ikhtisar penemuan auskultasi pada beberapa kelainan jantung 
BISING INOSEN 

ø Bising inosen adalah bising yang tidak disebabkan kelainan organik atau kelainan struktural jantung 

ø Sering pada anak normal ( > 75%) 

ø Dibedakan dari bising fungsional, yaitu bising akibat hiperaktivitas fungsi jantung : 

o Anemia 

o tireotoksikosis 

ø Karakteristik bising inosen : 

1. Berupa bising ejeksi sistolik 

2. derajat 3/6 atau kurang (tanpa getaran bising) 

3. penjalaran terbatas 

4. intensitas berubah dengan perubahan posisi: lbh jelas saat terlentang – menghilang saat duduk 

5. Tidak ada kelainan struktural jantung 

ø Yang sering ditemui pada anak dengan kelainan jantung: 

1. bising inosen 

2. PDA 

3. Stenosis aorta 
DEFEK SEPTUM ATRIUM (Gb. 25) 

ø Bunyi jantung normal atau mengeras bila defek besar 

ø Bunyi jantung II terpecah lebar dan menetap (wide and fixed split) 

ø Waktu ejeksi ventrikel kanan memanjang (ok pirau dari atrium kiri ke atrium kanan) à bunyi jantung II terpecah lebar – pada pernapasan tidak ada perubahan 

ø Beban volume ventrikel kanan à stenosis pulmonalis relatif : à bising ejeksi sistolik di tepi kiri sternum sela iga 2 (derajat 3/6) 
DEFEK SEPTUM VENTRIKEL (Gb. 26) 

ø Defek septum ventrikel tanpa komplikasi bunyi jantung I dan II normal. Bunyi jantung III terdengar keras bila ada dilatasi ventrikel 

ø Bising yang khas : bising pansistolik di sela iga ke 3 & 4 tepi kiri sternum à menjalar ke tepi kiri sternum 

ø Makin kecil defek bising makin keras 

ø Sifat bising meniup, nada tinggi derajat 3/6 – 6/6 

ø Pada defek besar dapat ada : bising middiastolik di apeks (ok stenosis mitral relatif) 

Pada bayi baru lahir dengan defek septum ventrikel tidak terdengar bising ok resistansi vaskuler paru tinggi à terdengar pada umur 2 – 6 minggu 
DUKTUS ARTERIOSUS PERSISTEN (Gb. 27) 

ø Pirau dari aorta ke a.pulmonalis à terjadi bising kontinu di sela iga ke 2 tepi kiri sternum à menjalar ke infraklavikula, karotis dan punggung 

ø Bunyi jantung I dan Bunyi jantung II normal 

ø Bunyi jantung II sulit diidentifikasikan karena tertutup puncak bising 

ø Pada BBL : hanya terdengar bising sistolik 

ø Bising middiastolik di apeks dpt terdengar (pirau kiri ke kanan besar) 
STENOSIS PULMONAL (gb. 28) 

ø Bunyi jantung I normal, bunyi jantung II terpecah agak lebar dan lemah 

ø Pada sten berat bunyi jantung II terdengar tunggal krn P2 tidak terdengar 

ø Bising ejeksi sistolik terdengar di sela iga ke 2 tepi kiri sternum 

ø Makin berat stenosis P2 makin lemah dan bising makin panjang (dapat menempati seluruh fase sistolik) 
TETRALOGI FALLOT (gb. 29) 

ø Karakteristik bunyi dan bising jantung mirip dengan stenosis pulmonal 

ø Dapat terdengar klik sistolik (akibat dilatasi aorta) 

STENOSIS AORTA (gb. 30) 

ø Terjadi reversed splitting : P2 mendahului A2 – lebih jelas terdengar pada ekspirasi 

ø Terdengar bising ejeksi sistolik di sela iga ke-2 tepi kanan atau tepi kiri sternum à menjalar ke apeks dan karotis (disertai getaran) 

ø Pada stenosis valvular ada klik mendahului bising 
INSUFISIENSI PULMONAL (gb. 31) 

ø Bising diastolik dini 

Di sela iga ke-2 tepi kiri sternum (regurgitasi darah dr a.pulmonalis ke ventrikel kanan pd diastole) 

ø Bila bising diastolik dini pada insuf pulmonal menyertai hipertensi pulmonal disebut Graham – Steele 

ø Bunyi jantung II mengeras 
INSUFISIENSI AORTA (gb. 32) 

ø Karakteristik bising: mirip pada insuf pulm 

ø Nada kadang-kadang sangat tinggi à membran stetoskop harus ditekan keras 

INSUFISIENSI MITRAL (gb. 33) 

ø Merupakan gejala sisa penyakit jantung rematik 

ø Insuf ringan, bunyi jantung I normal 

ø Insuf berat, bunyi jantung I melemah 

ø Bising karakter : pansistolik meniup – paling keras di apeks à ke aksila – mengeras bila miring ke kiri 

ø Derajat 3/6 – 6/6 

ø Pada yang berat; bising mid-diastolik di apeks nada rendah 

ø Pada valvulitis mitral reumatik akut : bising pansistolik dan middiastolik di apeks (bising Carry – Coombs) 
STENOSIS MITRAL (gb. 34) 

ø Bunyi jantung I sangat mengeras 

ø Bunyi jantung II dapat normal/ terpecah sempit 

ø P2 keras bila ada hipertensi pulmonal 

ø Bising khas : middiastolik – aksentuasi pre sistolik – nada renda – rumbling (spt guntur) – di apeks 
PROLAPS KATUP MITRAL (gb. 35) 

ø Bunyi jantung normal 

ø Bising yang terdengar sistolik akhir (spt pd insuf mitral ringan) 

ø Didahului klik sistolik 

ø Sering hanya klik tanpa bising 

ø Sering pada wanita usia remaja/ dewasa muda 


======================== kepala ======================= 

Lingkaran kepala : periksa rutin sampai umur 2 tahun 

(glabela dahi – atas alis mata – protuberans oksipitalis : diameter oksipita frontal terbesar) 

Makrosefali (diameter > N) 

Hidrosefalus (produksi > ; abs < 

- H.komunikans 

- H.nonkomunikans : sumbatan 

Mikrosefali (diameter < N) : ada retardasi motor dan mental (disgenesis/ hipoplasi otak, rubella, toxoplasma, CMV, sy down – disgenesis/ hipoplastik otak, kraniostenosis) 

Kontrol kepala 

· BBL – 1 bulan : telentang – kepala dilepas à jatuh ke belakang – didudukkan – kepala jatuh ke depan 

· Akhir bulan 2 : tengkurap à kepala diangkat sebentar 

· Bulan 3 – bulan 5 : posisi duduk kepala tegak 

Kraniotabes 

· Tekan tengkorak di belakang/ di atas telinga cukup keras à teraba spt menekan bola pingpong (normal sampai 6 bulan ; abnormal ó rakitis, sifilis, hidrosefalus) 

· Cracked – pot sign : ketok dg jari pd tulang tengkorak, spt pot retak 

Selama ubun-ubun besar terbuka normal; 

Ubun-ubun menutup – abnormal - TIK meningkat) 

Rambut dan kulit kepala 

· Warna, kelebatan, distribusi pertumbuhan rambut 

Pasien KKP : merah jagung, kering dan mudah dicabut) 

· Kulit: hemangioma dan lesi lain 

Ubun-ubun 

· Ubun-ubun besar – diameter transversal 2,5 – 4 cm 

Menutup umur : 

› 6 bulan – 3% 

› 9 bulan – 13% 

› 1 tahun – 40% 

› 19 bulan – 90% 

· Ubun-ubun kecil teraba sampai 4 – 8 minggu (tdpt pd lobus occipital) 

· Ubun-ubun besar menutup: 

› Lambat : rakitis, hidrosefalus, hipotiroid, rubella kongenital 

› Cepat : pada kraniosinostosis, osteopetrosis 

· Keadaan Normal : ubun-ubun besar rata/ sedikit cekung 

› Menonjol : T.I.K meningkat (Tumor IK, meningitis, perdarahan IV) 

› Cekung : dehidrasi, malnutrisi 

Wajah 

· Asimetri wajah : 

› Posisi intra uterina 

› Paralisis fasial 

· Pembengkakan lokal 

› Edema, radang lokal, infeksi kelenjar (parotitis) 

› Penyakit Caffey (hiperostosis kortikal infantil) – pd BBL, mandibula ka – ki bengkak --> hilang sendiri atau dg corticosteroid 

› Thrombosis sinus kavernosus – oedema luas dan sakit kepala 

› Sindroma Down (wajah dismorfik) – jarak kedua alis mata agak jauh, hidung ke dalam sedikit 

› Sindroma Pierre – Robin (wajah dismorfik) 

› Hipertelorisme : jarak antara kedua pupil membesar (normal: 3,5 – 5,5 cm) 

Mata 

· Visus (ketajaman penglihatan) 

› Neonatus bereaksi thd cahaya (dg senter terjadi perubahan gerak dari muka; umur 1 bulan) 

› Umur 2 bulan : dpt mengikuti gerakan jari 

› Umur 6 bulan : memfokus pandangan thdp obyek tertentu 

› Anak yang lebih besar diuji dengan gambar/ tulisan 

· Palpebra 

› Ptosis (palpebra tidak dpt terbuka) 





§ Lesi N.oculomotor 

§ Syndroma Horner (Ptosis + Miosis) 

§ Miastenia gravis 

§ Ensefalitis 




› Lagofthalmus

Kelopak tidak dapat menutup sempurna:

(kornea tidak tertutup à lesi) à ulkus

Pasien koma : pseudo lagofthalmus

› Hemangioma (bisa menghilang sendiri)

› Hordeolum (infeksi, diberi antibiotik tp tidak pd kulitnya, spt bisul kecil, bila merambar ke dalam mata maka diberi obat mata)

› Edema

· Alis

› Kanan dan kiri bertemu di tengah: syndroma Waardenburg

· Bulu mata

› Panjang lentik: normal, malnutrisi, penyakit kronik

· Duktus nasolakrimalis

› Hubungan mata dan hidung. Cairan yg membasahi mata akan ke hidung dan menguap bersama napas. Jadi tidak akan keluar air mata klo tidak nangis

› Bila sampai umur 6 bulan masih belum terbuka (air mata keluar) à dokter mata

› Epiphora 

§ Penutupan ductus nasolacrimalis

§ Produksi air mata berlebih

§ Bisa ok radang, ulkus kornea, benda asing, alergi

· Mata kering : dehidrasi, defisiensi vit A

· Konjungtiva

› Perdarahan subkonjungtiva: diatesis haemorrhagic, trauma, pertusis, dll

› Konjungtivitis : dg sekret cair, mukopurulent, purulent

› Ophthalmia neonatorum, GO, dll

› Defisiensi vit A:

1. Hemeralopi/ rabun senja

2. Xerosis konjungtiva (kering à bercak BITOT) – ada garis putih yg berdiri pd konjungtiva lateral/ medial

3. Xerosis kornea – masuknya infeksi

4. Keratomalasi → ulserasi – perforasi

Lunaknya kornea → menutup sinar yg masuk → buta → harus diganti kornea.

› Pterigium : lipatan membran konjungtiva (reaksi thdp debu, matahari, angin) 

· Sklera

› Normal : putih

› Pada bayi kebiruan

› Bayi ikterus → dg blue light → bisa sembuh

Kasi luminal → angkat bilirubin shg tidak tjd kuning

Kasi enzim dlm hepar (krn BBL fungsi hepar blum kerja sempurna) → kasi blue light →bilirubinnya lgsg masuk ke usus → tidak kuning bayinya (tidak lewat hepar)

› Jelas biru (blue sclerae) : osteogenesis imperfecta, glaucoma, synd.Marfan

› Sering ada nevus, ikterus mudah dilihat pada sklera

· Kornea

› Jernih

› Perhatian : keratitis, ulkus, dsb

· Pupil

› Normal:

§ Bulat simetris

§ Diameter 3 – 4 mm, tidak midriasis ataupun miosis

§ Reflex cahaya + (cahaya dari lateral konsensual/ langsung)

› Midriasis (dilatasi)

Buta, keracunan (barbiturat, atropin), koma, acidosis, TIK meningkat

› Miosis (kecil): syndroma Horner, kerac opi, lesi otak

› Katarak : putih → biasa pada ortu, suatu kelanjutan usia, bila tidak diambil → buta. Anak-anak → suatu penyakit

› Albinisme : merah





· Lensa

› Normal : jernih

› Bila keruh : katarak (kongenital – toxopl, rubela, herpes simplex, dll)

· Bola mata

› Eksoftalmos (menonjol keluar) : hipertiroid, glaukoma, tumor retrobulbar, abses orbita

› Enoftalmos (kecil/ dalam) : dehidrasi berat, malnutrisi, sindrom horner

› Sun-set Sign (iris di bawah palpebra inferior) : hidrosefalus, TIK meningkat, kern icterus

› Strabismus (juling) : masih normal 3 – 6 bulan (1½ thn), sebentar – hilang

› Nistagmus (gerak bola mata ritmik) : cepat – horizontal – vertikal – berputar / campuran

› Doll’s eye phenomenone : refleks okulosefalik (koma); BBL sampai 10 hari masih normal

0 Response to "TENTANG BISING JANTUNG"

Post a Comment