Wednesday, February 20, 2013
Keuangan
MANAJEMEN PERSEDIAAN
Kegiatan
bisnis yang memerlukan manajemen persediaan adalah bidang industri manufaktur
dan perdagangan. Dalam industri manufaktur, persediaan terdiri dari:
(1)persediaan bahan baku, (2)persediaan barang dalam proses, (3)persediaan
barang jadi, dan (4)persediaan bahan
pembantu. Sedangkan dalam perusahaan dagang yang dimaksud persediaan adalah
persediaan barang dagangan.
Dalam
perusahaan industri manufaktur, bahan baku diproses menjadi barang jadi,
kemudian dijual. Proses ini memerlukan waktu panjang sehingga modal yang
diinvestasikan dalam persediaan cukup besar dan perputarannya relatif lambat.
Kondisi yang demikian manajemen persediaan harus mendapatkan perhatian
manajemen yang sangat serius. Kelebihan persediaan akan mengakibatkan
pemborosan penggunaan modal, sedangkan kekurangan persediaan proses produksi
bisa terganggu. Mengelola persediaan dalam perusahaan industri manufaktur
relatif lebih sulit dibanding dengan mengelola persediaan dalam perusahaan
dagang. Dalam perusahaan dagang, persediaan barang dagangan dibeli untuk
dijual; waktu yang dibutuhkan relatif pendek, sehingga modal yang digunakan
berputar relatif cepat.
Manajemen
persediaan dalam perusahaan industri manufaktur dapat dikategorikan menjadi
dua, yaitu model Economic Order Quantity atau
EOQ dan Tepat Waktu atau Just in Time (JIT).
Penggunaan model tersebut tergantung pada kebijakan manajemen terhadap pemasok.
Jika pemasok diperlukan sebagai pesaing, yaitu mencari pemasok yang paling
murah dapat menyediakan bahan baku, maka model EOQ lazim digunakan. Tetapi jika
pemasok diperlakukan sebagai partner bisnis yang setia dan dinyatakan satu
kesatuan dalam proses produksi, maka model JIT lazim digunakan.
1.
Model Economic Order Quantity (EOQ)
Pada umumnya perusahaan menggunakan cara tradisional dalam mengelola
persediaan, yaitu dengan cara memiliki persediaan minimal untuk mendukung
kelancaran proses produksi. Di samping itu, perusahaan juga memperhitungkan
biaya persediaan yang paling ekonomis yang dikenal dengan istilah Economic Order Quantity atau EOQ. EOQ
akan menjawab pertanyaan berapa banyak kualitas bahan baku yang harus dipesan
dan berapa biayanya yang paling murah atau paling ekonomis.
Perusahaan manufaktur pada umumnya memperhitungkan empat macam persediaan,
yaitu persediaan bahan baku, persediaan bahan pembantu, persediaan barang dalam
proses, dan persediaan barang jadi. Pada umumnya persediaan bahan pembantu
jumlahnya relatif kecil, maka tidak dibahas dalam kajian ini.
Persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan persediaan barang jadi
harus dihitung tingkat perputarannya (turn
overnya) tujuannya adalah untuk pengendalian. Teknik perhitungan perputaran bahan sebagai berikut:
Bahan Baku
digunakan dalam proses produksi

Bahan Baku Rata-rata persediaan bahan baku
Harga
Pokok Produksi

Barang dalam Proses Rata-rata persediaan barang dalam
proses
Harga pokok penjualan atau penjualan

Barang
Jadi
Rata-rata persediaan barang jadi
Harga Pokok penjualan atau Penjualan

Barang
Dagangan Rata-rata persediaan
barang dagangan
Dalam kegiatan manufaktur, pengelolaan bahan baku merupakan unsur penting
manajemen yang harus dikelola secara profesional. Besar kecilnya persediaan
bahan baku berhubungan langsung dengan modal yang diinvestasikan ke dalamnya;
makin besar persediaan bahan baku, makin besar investasi dan makin besar beban
biaya modal, dan sebaliknya. Besar kecilnya nilai persediaan bahan baku
dipengaruhi oleh:
1) Estimasi dan
perencanaan volume penjualan
2) Estimasi dan
perencanaan volume produksi
3) Estimasi dan
perencanaan kebutuhan bahan baku yang digunakan dalam proses produksi
4) Biaya order
pembelian
5) Biaya
penyimpanan
6) Harga bahan
baku
Dalam
mengelola bahan baku dibutuhkan dua unsur biaya variabel utama, yaitu biaya
pesanan (procurement cost atau set up
cost) dan biaya penyimpanan (storage
cost atau carrying cost).
Yang termasuk
biaya pesanan antara lain adalah:
1) Biaya proses
pemesanan bahan baku
2) Biaya
pengiriman pesanan
3)
Biaya penerimaan
bahan baku yang dipesan
4) Biaya untuk
memproses pembayaran bahan baku yang dibeli
Biaya-biaya
tersebut makin besar jika jumlah tiap-tiap pesanan kecil, atau makin kecil
jumlah bahan baku tiap-tiap pesanan, makin besar jumlah biaya pesanan dalam
suatu periode tertentu, misalnya dalam satu tahun. Sedangkan yang termasuk
biaya penyimpanan (penggudangan) adalah:
1)
Biaya untuk
mengelola bahan baku (biaya menimbang dan menghitung)
2)
Biaya sewa gudang
atau penyusutan gudang
3)
Biaya
pemeliharaan dan penyelamatan bahan baku
4) Biaya asuransi
5) Biaya pajak
6) Biaya modal
Manajemen harus menghitung biaya yang paling ekonomis pada setiap jumlah
barang yang dibeli (dipesan). Biaya tersebut adalah saling hubungan antara
harga bahan baku, biaya penyimpanan yang umumnya dihitung berdasar persentase
tertentu dari nilai persediaan rata-rata, jumlah bahan baku yang dibutuhkan
dalam satu periode misalnya dalam satu tahun, dan biaya pesanan. Teknik
perhitungan ini lazim disebut Economic
Order Quantity atau EOQ dengan rumus:


P X I
Di mana:
R =
Requirement of raw material, atau
jumlah bahan baku yang dibutuhkan selama
satu tahun periode, misalnya 1.200 unit
S =
Set up cost, atau biaya
pesanan setiap kali pemesanan, misalnya Rp 15
P = Price, atau harga bahan baku per satuan, misalnya Rp 1 per unit
I = Inventory, atau biaya memiliki persediaan yang terdiri dari: biaya
keuangan 10%, biaya penyusutan fisik 10%, biaya modal atau biaya bunga pinjaman
10%, biaya penanganan bahan 2%, biaya pajak kekayaan 2%, biaya asuransi 2%, dan
biaya penggudangan 3%, biaya lain-lain 1% (atau total biaya memiliki persediaan
40% dan biaya diperhitungkan dari nilai persediaan rata-rata).
EOQ = √2 X 1.200 X
15
= √ 36.000
= √ 90.000
= 300 unit
= 0,40 X 1
= 0,40
Dengan diketahui angka 300 unit setiap pesanan, berarti dalam satu tahun
dapat dilakukan 4 kali pesanan. Dalam 4 kali pesanan itu biaya persediaan bahan
baku adalah yang paling rendah atau paling ekonomis. Rincian perhitungan biaya
persediaan dapat disajikan dalam tabel 12.1
Tabel 11.1
Perhitungan Biaya Persediaan yang paling Ekonomis
Frekwensi pemesanan bahan baku
|
3X
|
4X
|
5X
|
Jumlah bahan baku yang dipesan
Rata-rata persediaan dalam unit
Nilai persediaan rata-rata
Biaya pesanan
Biaya penyimpanan
Jumlah Biaya persediaan
|
400 unit
#200
*Rp 200
**Rp 45
***Rp 80
Rp 125
|
300 unit
150
Rp 150
Rp 60
Rp 60
Rp 120
|
240 unit
120
Rp 120
Rp 75
Rp 48
Rp 123
|
|
|
|
Keterangan:
Teknik perhitungan 3X pesan
#200 unit = (400unit / 2)
* Rp 200 = 200 unit x Rp 1
** Rp 45 = 3 kali pesan @ Rp 15 per sekali pesan
*** Rp 80 = 40% X Rp Rp 200 nilai persediaan rata – rata
Teknik perhitungan untuk 4X pesan dan 5X pesan seperti pada 3X pesan.
Jika biaya penyimpanan dinyatakan dalam Rupiah per unit (missal Rp 0,4),
maka EOQ dapat dihitung sebagai berikut.
= √2 X 1.200 X 15
= √
36.000
= 300 unit
= 0,4
Dalam satu tahun mengadakan pesanan 4X yaitu kebutuhan satu tahun 1.200
unit dibagi 300 unit, atau besarnya penggunaan bahan per bulan sebesar 100 unit
atau setiap minggu sebesar 25 unit. Dengan demikian, pesanan dilakukan setiap12
minggu atau 3 bulan sekali. Jika EOQ 300 unit dan kebutuhan bahan baku selama
satu periode (satu tahun) 1.200 unit, maka jumlah pesanan adalah 4X pesanan.
Pada 4X pesanan biaya persediaan yang paling ekonomis dapat disajikan dalam
tabel 12.1
Berdasarkan perhitungan dalam tabel 12.1 tersebut, maka biaya persediaan
yang paling ekonomis adalah Rp 120, yaitu pada tingkat pesanan 400 unit sekali
pesan, dan perusahaan hanya memesan 4X. Pada 3X kali pesanan biaya persediaan
sebesar Rp 125, dan pada 5X pesanan, biaya persediaan sebesar Rp 123.
2.
Titik Pemesanan Kembali (Recorder Point)
Dalam pengelolaan persediaan bahan baku, perusahaan harus mempunyai
persediaan besi (safety stock), yaitu
suatu jumlah persediaan bahan baku yang harus selalu ada dalam gudang untuk
menjaga kemungkinan terlambatnya bahan baku yang di pesan. Di samping itu,
perusahaan juga harus memperhitungkan penggunaan bahan baku selama waktu
menunggu datangnya bahan baku yang di pesan (lead
time).
Titik pemesanan kembali adalah titik dimana pesanan bahan baku harus
dilakukan. Hal ini merupakan fungsi dari EOQ, waktu tunggu pesanan dating atau
tenggang waktu, dan persediaan besi atau persediaan pengaman (safety stock). Ketiga unsure tersebut
dapat di sajikan rumus sebagai berikut:
Rumus titik
pemesanan kembali:
(Tingkat
penggunaan bahan selama tenggang waktu + besi)
Misalnya lead time 6 minggu, dan
kebutuhan bahan baku tiap minggu 25 unit, dan safety stock ditentukan 40% dari kebutuhan selama lead time, re-order point adalah sebagai
berikut:
Re-order point
(ROP) = (6 X 25) + 40%(6 X 25) = 150 + 60 = 210 unit
Safety stock juga dapat ditentukan berdasr
kebutuhan bahan baku dalam beberapa minggu, misalnya dalam 5 minggu, kebutuhan
bahan baku tiap minggu 25 unit, maka:
Re-order point
(ROP) = (6 X 25) + (5 X25) = 150 + 125 = 275 unit
Yang berhak
menentukan besarnya safety stock dan lead time adalah manajer pabrik berdasar
pengalaman dari waktu ke waktu dan pengetrapan teori dalam praktik produksi.
Pada hakikatnya praktik produksi menentukan teori produksi. Oleh sebab itu,
walau jenis produksinya sama, praktiknya belum tentu sama, dan teori untuk
memecahkan masalah juga tiadak sama.
Secara grafis, penentuan jumlah pesanan dengan biaya yang paling ekonomis
pada tabel 12.1 dapat disajikan dalam gambar 12.1.
Gambar 11.1
Jumlah pesanan yang paling ekonomis

Keterangan:
°
Makin sering
melakukan pesanan makin besar biaya pemesanan
°
Makin sering
melakukan pemesanan, makin kecil biaya penyimpanan
Titik pemesanan kembali (reorder
point), jika safety stock dinyatakan
5 minggu kali kebutuhan per minggu atau sebesar 125 unit, dan tenggang waktu
pemesanan diterima 6 minggu kali kebutuhan per minggu sebesar 150 minggu, maka
titik pemesanan kembali sebesar 275 unit. Jumlah pesanan yang paling ekonomis
adalah sebesar 725 unit yaitu dari perhitungan EOQ 600 unit ditambah 125
persediaan besi (safety stock).
Hubungan titik pemesanan kembali, persediaan besi dan persediaan maksimum dapat
disajikan dalam gambar 12.2.
Gambar 11.2
Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)
![]() |
3.
Biaya Kehabisan Persediaan
Perusahaan takut bila terjadi kehabisan persediaan,. Bila perusahaan
kehabisan persediaan maka akan melibatkan analisis empat faktor yaitu: (1)
siklus persediaan per tahun, (2) unit kehabisan persediaan, (3) kemungkinan
kehabisan persediaan, dan (4) biaya kehabisan persediaan per unit. Multiplier
dari keempat faktor tersebut disebut biaya kehabisan persediaan. Dengan
demikian, biaya kehabisan persediaan dapat disajikan dengan perhitungan:
Ø Biaya kehabisan = (siklus persediaan per tahun x unit
kehabisan persediaan x kemungkinan kehabisan persediaan x biaya kehabisan
persediaan per unit)
Ø Siklus persediaan per tahun = (kebutuhan bahan baku per
tahun / EOQ)
Ø Unit kehabisan persediaan = (pemakaian bahan baku harian
atau mingguan – unit bahan baku tenggang waktu atau lead time)
Ø Kemungkinan kehabisan persediaan adalah probabilitas atas
pemakain bahan baku harian
Ø Biaya kehabisan persediaan ditentukan oleh pengalaman dan
pengetahuan manajer pembelian
Ø Pada tabel ilustrasi diatas menunjukkan bahwa kebutuhan
bahan selama satu tahun 1.200 unit, EOQ 300 unit, selama satu tahun dilakukan
pesanan 4X atau setiap 3 bulan atau 12 minggu; kebutuhan bahan per minggu (300
unit / 12 minggu) = 25 unit. Waktu tunggu datangnya pesanan 6 minggu atau (6 x
25 unit) = 150 unit, dan penggunaan maksimum per minggu 30 unit atau (6 x 30
unit) = 180 unit, maka kehabisan persediaan dalam unit adalah 180 unit
dikurangi 150 unit sama dengan 30 unit. Jika diketahui bahwa kemungkinan
distribusi pemakaian mingguan adalah:
Pemakaian
Mingguan Kemungkinan
|
30
0,2
25
0,5
20 0,2
10
0,1
|
Manajer produksi menetapkan kemungkinan pemakaian harian 0,2 dan biaya
kehabisan persediaan per unit Rp 2,083. Berdasarkan informasi yang tersedia itu
dapat dihitung biaya kehabisan persediaan:
(4 x 30 x 0,2 x Rp2,083) = Rp 50.
Kemudian dapat dihitung besarnya persediaan pengaman dalam unit dengan
rumus: (biaya kehabisan persediaan = biaya memiliki persediaan-persediaan
pengaman). Biaya memiliki persediaan pengaman adalah biaya penyimpangan
(carrying costs) kali harga bahan kali unit persediaan pengaman: (40% x Rp 1 x
X) = Rp 0,4X. Besarnya unit persediaan pengaman: (Rp 50 = Rp 0,4X), jadi X atau
unit persediaan pengaman = 125 unit.
Keunggulan Model
EOQ:
1)
Dapat dijadikan
dasar penukaran (trade off) antara
biaya penyimpanan dengan biaya persiapan atau biaya pemesanan (setup cost).
2)
Dapat mengatasi
ketidakpastian penggunaan persediaan pengaman atau persediaan besi (safety stock).
3)
Mudah
diaplikasikan pada proses produksi yang outputnya telah memiliki standar
tertentu dan diproduksi secara massal.
4)
Lazim digunakan
pada rumah sakit, yaitu pada persediaan obat. Jika ada pasien yang sakit
mendadak dan perlu obat segera, apotek rumah sakit dapat melayani dengan cepat.
Kelemahan Model
EOQ:
Hakikatnya model EOQ adalah model yang menempatkan pemasok sebagai mitra
bisnis sementara karena paradigma untung-rugi diterapkan pada mereka, sehingga
penggunaan model ini terjadi berganti-ganti pemasok, dan hal ini dapat
mengganggu proses produksi.
0 Response to "MANAJEMEN PERSEDIAAN"
Post a Comment